Badung (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, mengapresiasi para seniman yang tetap produktif dan berkreativitas selama masa pandemi COVID-19.
Salah satu wujud apresiasi dan dukungan tersebut diberikan kepada para sineas muda Bali yang memproduksi film lokal berkualitas dengan memberikan ruang pemutaran film berjudul "Lampah Solah" produksi Sanggar Seni Pancer Langit dan film "Dua Sisi" produksi Haibanana Film di Balai Budaya Giri Nata Mandala Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung.
"Ini wujud apresiasi kami kepada para seniman yang tetap produktif di tengah pandemi dengan memberikan fasilitas kepada anak-anak kami, adik-adik kami maupun kepada tokoh-tokoh seniman untuk mengakselerasikan dan mengaktualisasikan diri terhadap hasil karya seninya," ujar Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dalam keterangan Humas Badung yang diterima di Mangupura, Senin.
Ia mengatakan, melalui pemutaran dua film pendek itu, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik, seperti pada film Lampah Solah mengajarkan warga untuk menjadi orang yang kekinian dan maju namun jangan sampai menggerus seni tradisi adat dan budaya yang diwarisi.
Baca juga: Menparekraf dukung seniman tetap berkarya di tengah COVID-19 (video)
Sementara itu, film Dua Sisi menurutnya mengingatkan semua masyarakat untuk jangan menilai orang dari tampilan luarnya saja tapi dari tingkah laku dan perbuatannya.
"Ini menjadi penting sekali, untuk itu ke depannya kami akan memasukkan video ke dalam kurikulum edukasi di sekolah, karena dari sebuah film pendek kita mendapatkan banyak pembelajaran," katanya.
Terkait tempat pemutaran film, Bupati Giri Prasta menjelaskan, Balai Budaya Giri Nata Mandala merupakan sebuah infrastruktur bagi para seniman dan pelaku industri kreatif untuk berkarya dan berkreasi mengaktualisasikan ide-ide kreatifnya.
Ke depannya, balai budaya itu juga akan dimanfaatkan sebagai tempat pagelaran seni, pameran UMKM, konser musik maupun menjadi tempat pelaksanaan kegiatan bertaraf nasional dan internasional.
"Selain itu kami juga koneksikan balai budaya menjadi Cineplexnya Badung, yang ada tempat santainya, ada tempat kulinernya, ada tempat bermain anaknya sehingga ini akan menjadi pusat kegiatan masyarakat yang hidup setiap hari,” ungkap Bupati.
Baca juga: DPD: Seniman Bali harus manfaatkan teknologi
Sementara itu, penanggung jawab film Lampah Solah, Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, mengatakan film yang diproduksi itu mengisahkan proses perjalanan seseorang menjadi seorang penari.
"Film ini kami persembahkan kepada para penari dalam memperingati Hari Tari Sedunia yang diperingati setiap tanggal 29 April,” katanya.
Sedangkan seniman Puja Astawa didampingi penulis buku sekaligus pemeran utama dalam film Dua Sisi, Dewi Pradewi menjelaskan, film tersebut berkisah tentang stigma masyarakat terhadap perempuan bertato yang dinilai sebagai perempuan yang tidak baik.
Dengan dirilisnya film tersebut, pihaknya berharap agar masyarakat dapat diterima dengan baik dan memiliki pola pikir baru terhadap tato.
"Tato adalah salah satu bentuk karya seni, akan tetapi stigma negatif terhadap orang bertato masih sangat melekat di masyarakat. Melalui film yang berjudul Dua Sisi, Dewi Pradewi ingin menunjukkan bahwa setiap perempuan punya cara berbeda untuk tampil cantik," ujarnya.