Negara (Antara Bali) - Dengan alasan ingin membantu orang tuanya yang tidak mampu, Dewa Made Merta (15), asal Desa Yehembang, Kabupaten Jembrana memilih jadi buruh pemetik kelapa ketimbang bersekolah.
Saat ditemui, Selasa, Merta mengaku, dirinya sudah melakoni pekerjaan tersebut sejak umur 10 tahun.
Dari tiga bersaudara, hanya adik perempuannya yang sempat mengenyam pendidikan hingga SD sementara ia dan kakaknya sama sekali tidak bersekolah sehingga tidak bisa membaca dan menulis.
"Sejak kecil kami sudah hidup miskin, jadi terbiasa membantu orang tua mencari nafkah dengan kerja apa saja," katanya.
Untuk memetik kelapa, tak jarang Merta harus berjalan puluhan kilometer dengan upah antara Rp 2 ribu hingga Rp 3 ribu untuk tiap pohon kelapa yang ia panjat.
"Tapi kalau harus memetik janur, saya minta ongkos Rp 5 ribu untuk tiap pohon," ujarnya polos. (GBI/T007)