Batam (ANTARA) - Pelukis Seni Kultural Sasya Tranggono memamerkan delapan lukisan wayang dalam pameran di Singapura selama tiga pekan.
Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo mengatakan pameran itu merupakan bagian dari diplomasi kebudayaan.
"Dengan adanya pameran ini diharapkan masyarakat Singapura bisa semakin mengenal Indonesia, khususnya kebudayaan Indonesia yang begitu kaya," kata Dubes saat menghadiri pembukaan pameran di Singapura, Sabtu.
Managing Director Yang Gallery, Susanna Yang menyediakan tempat khusus kepada Sasya Tranggono untuk memamerkan karya-karyanya.
Baca juga: Dalang tiga negara pentaskan wayang kulit virtual
Sasya yang sudah 30 tahun berkarya, secara rutin melakukan pameran di luar negeri sejak 2002.
Ia pernah melakukan pameran di Rotterdam, St Petersburg, Lisbon, Sofia, Manila, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Namun pandemi COVID-19 membuat banyak kegiatannya tertunda termasuk rencana melakukan pameran di Galeri Nasional Singapura.
"Saya bersyukur diberi kesempatan oleh Yang Gallery untuk bisa berperan di galeri mereka di Hotel Hilton. Namun karena tidak mudah untuk membawa karya saya ke sini, kali ini saya hanya bisa memamerkan delapan karya saya," kata Sasya.
Baca juga: Kemendikbud dan "Google Institute" lakukan digitalisasi wayang
Seniman itu menjabarkan alasannya membuat lukisan wayang. Pertama, wayang sangat khas Indonesia. Kedua, sebagai orang keturunan Jawa, ia ingin melestarikan budaya leluhurnya.
"Dan ketiga, seorang artis saya bisa menjadi 'dalang' dalam membuat lukisan saya," kata Saysa antusias.
Dalam keterangan pers KBRI Singapura disebutkan, lukisan karya putri dari dokter kulit ternama di Indonesia itu sangat kuat mengekspresikan budaya Indonesia.
Bukan hanya menampilkan wayang, lukisan Sasya juga menyajikan motif batik. Sasya memilih warna cerah, hingga membuat karyanya menarik dinikmati.
Menurut Sasya, lukisan yang ia buat bercerita tentang cinta, keluarga, dan kepercayaan.
Ia tidak memungkiri, lukisan yang dibuatnya merupakan bagian dari perjalanan hidupnya. Termasuk menggambarkan putra tunggalnya, Nicholas yang beranjak dewasa.