Yogyakarta (ANTARA) - Dalang dari tiga negara, yakni Indonesia, Amerika Serikat (AS), serta Prancis, mementaskan wayang kulit bersama secara virtual dengan mengangkat lakon "Semar Bangun Jagat" pada Sabtu malam.
Dipantau secara virtual dari Yogyakarta, dalang yang tampil adalah Ki Anang Sarwanto (Karanganyar, Indonesia), Ki Matthew Issac Cohen (Connecticut, USA), dan Nyi Cecile Herbault (Prancis), sedangkan Ki Joko Susilo (New Zealand) sebagai dalang tamu.
Acara bertajuk "Pagelaran Wayang Kulit Digi-Virtual, Dalang Tiga Negara" ini juga digelar secara langsung di Resto Bali Ndeso, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
"Pergelaran ini membuktikan betapa eratnya hubungan antarnegara. Melalui pandemi ini kita dipertemukan secara virtual," kata Bupati Karanganyar Juliyatmono dalam sambutannya.
Baca juga: Amerika Bersatu "nanggap" wayang virtual
Juliyatmono mengatakan inisiatif pementasan dalang tiga negara itu patut diapresiasi karena sekaligus memberikan pesan kepada warga dunia bahwa mereka harus saling membantu dan mendoakan dalam melawan COVID-19.
"Atas nama Pemerintah Kabupaten Karanganyar, kami merasa bangga atas terselenggaranya wayang tiga negara ini," kata dia.
Acara ini diinisiasi oleh duet Kusbaroto dan Eko Christanto dengan pendekatan CI-EL (creativity, innovation, entrepreneurship, leadership) dengan budaya lokal.
Kusbarato menjelaskan dalam pementasan wayang secara virtual itu, Dalang Ki Anang Sarwanto mendalang dari Karanganyar, sedangkan tiga dalang lainnya akan membawakan cerita virtual dari zoom diikuti 100-200 peserta, serta disiarkan secara langsung melalui Youtube.
Eko Christanto berharap acara itu semakin membuat hubungan antarnegara semakin baik dan tercipta perdagangan di masa pandemi.
"Membuat konsep berupa kreativitas seniman diinovasikan dengan teknologi sehingga terjadi proses bisnis yang difasilitasi pemangku kebijakan melalui pendekatan budaya. Mampu mendongkrak perdagangan, komoditi, dan produk UMKM," kata dia.
Baca juga: Kemendikbud dan "Google Institute" lakukan digitalisasi wayang
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan sosok semar, seperti yang diangkat dalam lakon itu, merupakan "wong cilik" yang sekaligus anak dewa.
Ia melanjutkan "wong cilik" dalam diri semar tidak hanya perwujudan lapisan sosial, tetapi golongan masyarakat yang punya nilai keluhuran harkat dan martabat yang tidak boleh dihina.
"Semoga pemirsa wayang kulit ini paham bahwa nilai luhur tidak hanya dilakukan dengan 'tapa brata" (bertapa) di gua-gua sepi, tetapi dengan terjun di dunia nyata. Mari tetap berkarya di tengah keterbatasan karena COVID-19 ini," kata Sultan melalui sambutan yang dibacakan Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji secara virtual itu.