"Entah untuk konvensionalnya menurun, tapi justru untuk produk dari cukil ini naik walaupun enggak terlalu banyak. Ya mungkin karena semakin tertarik dengan cukil, selain karena seni grafis kan banyak definisinya," jelas Seniman seni grafis, Ni Luh Pangestu saat dihubungi di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan untuk jumlah yang diproduksi tidak menentu, tergantung dari permintaan konsumen. Namun, produksi selalu dilakukan setiap hari tapi tidak dalam jumlah besar.
Jenis produk yang belakangan ini banyak dicari adalah stampel, kaos baju, masker dan tas. Selain itu, juga banyak mengisi kegiatan workshop tentang berkesenian dengan teknik cukil.
"Dalam satu hari kadang pesanan itu tidak menentu. Kadang kami juga ikut kegiatan bazzar, disitu ada yang laku dan pesan setelah liat di bazzar. Kita kadang sediakan barang yang ready seperti scarf 5 pcs, masker juga ada 20 pcs, pouch 10 pcs," jelas Pangestu.
Sementara itu, Lie Ping Ping menjelaskan peningkatan 30 persen ini sangat membantu perekonomian khususnya bagi seniman di saat pandemi COVID-19.
"Dengan kerjasama ini cukup membantu, karena di awal COVID terasa jebol banget dan semuanya ngerasain. Cuma perekonomian semuanya down tuh dan terasa banget. Kita tetap kreatif gini daripada diam tak berbuat apa-apa. Ya untuk keuangan mulai terbantu," ucap Ping ping.
Ia menambahkan banyak permintaan produk seni dari teknik cukil ini karena produk tersebut mulai menjadi permintaan yang penting dan memiliki nilai guna. Dengan harga pasaran dari Rp25.000 untuk masker sampai paling mahal Rp250.000 untuk syal sepanjang 1,5 meter.
Sedangkan kalau konvensional peminatnya sedikit karena harga produknya mahal dan bisa mencapai Rp1 juta - Rp2,5 juta .
"Produk dengan teknik cukil ini bisa digunakan dan mereka butuh misalnya kayak masker dam stampel. Selain itu, banyak juga permintaan mengadakan workshop tentang teknik cukil ya mungkin sudah banyak yang mulai mencari kegiatan," katanya.