Denpasar (ANTARA) - Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman menjelaskan bahwa penyebab banjir dan tanah longsor disertai angin kencang disebabkan oleh suhu muka laut yang cukup hangat dan massa udara.
"Penyebab kondisi ekstrem ini karena suhu muka laut yang cukup hangat yang mana kondisi uap air ini cukup banyak untuk mendukung pertumbuhan awan awan hujan. Kedua, karena massa udara basah yang terkonsentrasi di lapisan permukaan hingga lapisan 700 milibar atau 3000 m," kata Iman usai dihubungi melalui telepon di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan bulan Juni ini semestinya sudah masuk musim kemarau, musim hujan biasanya masuk di Oktober-November, ditandai dengan arah angin dari Barat atau arah angin baratan atau monsoon asia.
"Kondisi ini dapat dikatakan ekstrem, apalagi sudah menimbulkan banjir rob dan bencana tanah longsor," ucapnya.
Baca juga: BMKG Denpasar: 27-28 Mei, waspadai fenomena banjir pesisir
Jika dilihat dari analisis arah angin, untuk bulan Juni ini monsoon australia akan menguat, kalau tidak ada anomali dinamika atmosfer, maka bulan ini akan lebih kering dibanding bulan Mei.
Sementara itu, pada 01 Juni 2020 pukul 04.00 wita, satu unit mobil tertimpa pohon di wilayah Mengwi, Kabupaten Badung, akibat hujan deras dan angin kencang.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung, Ni Nyoman Ermy Setiari mengatakan akibat dari hujan deras dan angin kencang, pohon lantoro dan waringin tumbang hingga menimpa satu unit mobil di Jalan Raya Sempidi Sading, Mengwi Badung.
"Terjadi cuaca ekstrem yaitu angin kencang dan hujan lebat mengakibatkan pohon tumbang serta tanah longsor yang menimpa satu unit mobil dan menutupi seluruh badan jalan. Panjang dari pohon tersebut 5 meter dengan diameter pohon 25 cm,"kata Ermy Setiari saat dikonfirmasi di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan bahwa dari kejadian nihil ditemukan korban jiwa maupun korban luka dari kejadian tersebut.
Baca juga: BMKG catat 37 gempa susulan di wilayah selatan Bali
Dampak tumbangnya pohon lantoro dan waringin itu adalah tertutupnya badan jalan sehingga terjadi kemacetan di jalan raya sading dan sempidi, dengan prakiraan kerugian sekitar Rp90 juta.
"Penanganan dilakukan kurang lebih 3 jam oleh TRC PB BPBD Badung dengan memotong pohon tersebut dan saat ini akses jalan sudah terbuka serta bisa dilalui masyarakat setempat," kata Ermy.