Denpasar (ANTARA) - Salah satu Dokter RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, dr Arya Warsaba Stiraprana Duarsa menciptakan sebuah puisi bertajuk "Pemakaman Sunyi Seorang Dokter" yang didedikasikan bagi tenaga medis yang bertugas memberikan pelayanan kepada pasien COVID-19.
"Puisi ini terinspirasi saat melihat tenaga kesehatan dokter dan perawat berjuang memberikan pelayanan kepada pasien COVID-19 namun pada kenyataannya ketika tenaga kesehatan itu meninggal atau pulang ke tempat tinggalnya mereka ditolak oleh masyarakat yang dilayaninya," kata dr Arya Warsaba Stiraprana Duarsa, yang juga menjabat sebagai Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Sanglah, saat dihubungi di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa memunculkan konsep dibaca beramai-ramai ini merupakan hasil diskusi dengan rekan-rekan bagian Humas RSUP Sanglah. Pembacaan beramai-ramai ini bermaksud untuk menggambarkan perasaan hati seluruh tenaga kesehatan khususnya yang menangani pasien COVID-19 secara langsung.
"Karena itu kami mengajak seluruh unsur di RS dari dokter, perawat, peserta didik manajemen dan cleaning service untuk membaca puisi ini," katanya.
Baca juga: Indonesia ikut "solidarity trial" vaksin COVID-19
Pihaknya berharap agar pandemi ini cepat berlalu, kemudian untuk tenaga kesehatan tetap bersemangat memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, serta kepada masyarakat agar tidak melakukan penolakan terhadap tenaga kesehatan saat kembali ke daerahnya masing-masing.
Sebelumnya, pada (9/5) para perawat ruang mawar RSUP Sanglah memberikan kejutan bagi salah satu pasien COVID-19 yang sedang berulang tahun.
Eta salah satu perawat Ruang Mawar, mengatakan ketika mengetahui mengetahui tanggal lahir pasien itu, secara spontan perawat Ruang Mawar iuran membelikan kue untuk perayaan ulang tahunnya.
"Setelah tahu tanggal lahirnya kami urunan dan berinisiatif memberikan kue kejutan buat pasien yang berulang tahun ini. Tanpa sepengetahuannya kami bawakan kue ke ruangannya dan merayakan ulang tahunnya bersama beberapa perawat dan pasien lainnya. Karena ada oksigen terpaksa kuenya tidak kami isi lilin," kata Eta.