Denpasar (ANTARA) - Kantor Berita AFP merilis grafis tentang kemungkinan penyebaran virus baru semacam flu yang mewabah di Wuhan, China, yakni Corona baru (novel Coronavirus/nCov), yang hingga Rabu (22/1), menyebabkan 17 orang meninggal dunia dari 540 kasus Corona yang terkonfirmasi.
Dugaan sebaran itu merujuk 2.300 penerbangan yang terjadwal dari Wuhan, China, ke berbagai bandara selama kurun 20-27 Januari 2020 yakni Denpasar (Bali), Singapura, Sidney, Tokyo, San Fransisco, New York Dubai, London, Paris, Roma, dan Anchorage
Akhirnya, kekhawatiran penyebaran infeksi yang diduga berasal dari satwa liar yang diperjualbelikan secara ilegal dari pasar satwa di pusat Kota Wuhan itu pun meningkat, sehingga banyak warga China membatalkan perjalanan mereka.
Banyak pula warga China yang membeli masker, serta menghindari tempat-tempat umum seperti bioskop dan pusat perbelanjaan. "Peningkatan pergerakan masyarakat secara objektif meningkatkan risiko penyebaran wabah itu," kata wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional RRC, Li Bin.
Tentu, Bali sebagai salah satu kawasan wisata global pun melakukan serangkaian respons guna mengantisipasi sebaran virus yang mungkin dibawa oleh warga dunia yang terpapar virus itu dan berwisata ke Pulau Dewata, mengingat wisatawan dari Negeri Tirai Bambu itu cukup banyak.
Setiap hari, ada 15 penerbangan reguler Bali-China dan 20-25 penerbangan pesawat sewa rute Bali-China. Untuk wisatawan asal China ke Bali tercatat rata-rata 3.300 orang penumpang per hari, bahkan tahun 2019 tercatat 1.196.497 orang China ke Bali atau negara penyumbang wisatawan ke Bali terbanyak nomor dua setelah Australia.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Bali pun mengimbau kalangan industri pariwisata di daerah itu untuk tidak resah terkait penyebaran virus Corona dari China, karena pemerintah setempat sudah mengambil sejumlah langkah antisipasi dan deteksi dini.
"Saat ini, kami telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk untuk melakukan deteksi dini guna mengantisipasi penyebaran virus tersebut ke Bali," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa di Denpasar (23/1).
Langkah antisipatif yang dilakukan pihaknya diantaranya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan otoritas Bandara Ngurah Rai untuk memasang alat pendeteksi suhu tubuh di pintu kedatangan.
"Seperti yang kita ketahui bahwa virus tersebut memang berasal dari China, jadi kita melakukan pengawasan intensif kepada wisatawan dari Negeri Tirai Bambu itu," ujar Astawa.
Bahkan, Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah berkoordinasi dengan berbagai rumah sakit di Bali, baik rumah sakit umum maupun swasta untuk selalu siap jika ada wisatawan yang dicurigai atau "suspect" menderita virus tersebut.
"Jadi, Dinas Kesehatan sudah bersurat ke rumah sakit, untuk selalu siap jika nanti ada wisatawan yang suspect virus corona," ujarnya
Untuk menyosialisasikan berbagai langkah antisipasi tersebut, Astawa juga mengaku telah mengirim edaran ke berbagai pemangku kepentingan pariwisata, sejumlah konsulat jenderal yang ada di Bali serta industri pariwisata Bali.
"Kami tidak ingin pelaku pariwisata menjadi resah karena isu ini. Bagaimana pun kita harus tenang agar pariwisata Bali tetap kondusif," ucap mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali itu.
Langkah tersebut diambil untuk menghindari kesimpangsiuran informasi di kalangan industri pariwisata. Sementara edaran ke Konjen diharapkan bisa memberi pemahaman kepada wisatawan asing yang bukan berasal dari China untuk tidak takut datang ke Bali.
Baca juga: Menlu Retno nyatakan belum ada WNI terjangkit virus korona
Tidak batasi wisatawan
Menanggapi tentang pembatasan wisatawan China seperti yang diambil oleh Pemerintah Thailand, Astawa mengaku pihaknya sampai saat ini belum mengambil langkah tersebut.
Pihaknya masih menyambut wisatawan China, apalagi nanti akan ada Festival Kintamani yang menceritakan tentang akulturasi budaya Bali dan China.
Hanya saja, ia mengaku pihaknya tetap waspada dengan memasang alat pendeteksi dini serta menurunkan personel untuk memeriksa wisatawan yang dicurigai.
"Kami nanti akan pantau langsung di bandara dan akan memeriksa langsung wisatawan yang dicurigai suspect virus tersebut, jika mereka berkenan," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan sudah bertemu dengan Konsul Jenderal China di Denpasar.
Agung Partha mengatakan pihak Konjen China sangat mendukung langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan pelaku pariwisata.
"Mereka tidak masalah dan mengerti jika kita membatasi wisatawan China ke Bali karena masalah virus Corona ini semakin besar dan luas seperti virus SARS dulu. Apalagi sebentar lagi adalah libur Imlek, banyak wisatawan China yang akan berkunjung ke Bali. Namun, semoga hal itu tidak sampai terjadi," ucapnya.
Itu karena wisatawan yang ke Bali tidak hanya dari China saja. Industri pariwisata dalam hal ini juga harus berpikir panjang demi kepentingan pariwisata Bali ke depan. "Kami tidak ingin karena masalah ini, banyak wisatawan dari luar China yang enggan berkunjung ke Bali," ucapnya.
Tidak hanya deteksi, Dinas Kesehatan Provinsi Bali pun sudah menyiapkan stok obat antiviral untuk fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya mengantisipasi penyebaran virus Corona baru, yang telah menimbulkan wabah di Kota Wuhan, China.
"Kita sudah siap sama obatnya, Tamiflu, dengan persediaan ada 5.000 untuk di Provinsi Bali. Jadi ini kita siap siagakan ketika ditemukan kekurangan di layanan kesehatan bisa kita tambahkan. Itu sebutannya stok cadangan untuk kasus Coronavirus," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya di Denpasar (23/1).
Ia mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada temuan kasus infeksi virus Corona di wilayah Provinsi Bali, namun pihaknya sudah menginstruksikan seluruh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan supaya bisa cepat melakukan penanganan kalau virus Corona baru sampai masuk ke wilayah Bali.
"Memang informasinya sudah masuk dari China ke Thailand, sementara di Bali ini tidak ada. Bali masih aman dan mudah-mudahan tidak masuk ke Bali. Kita sudah siagakan dengan mengaktifkan surveilansnya dan melakukan pengamatan terhadap penyakitnya," kata Ketut Suarjaya.
Pemerintah juga sudah menjalankan upaya-upaya untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona, antara lain dengan memantau kondisi penumpang yang datang dari luar negeri.
Alat pemindai suhu tubuh sudah dipasang di Terminal Kedatangan Internasional Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali untuk mendeteksi pendatang yang kemungkinan terinfeksi virus. Penumpang suhu tubuhnya melebihi rata-rata suhu normal akan diperiksa lebih lanjut.
"Kalau mengarah pada gejala infeksi paru akan dirujuk ke RSUP Sanglah untuk diisolasi dan melalui pemeriksaan laboratorium lebih lengkap," katanya.
Baca juga: Menkes: Pekerja China di gedung BRI hanya radang tenggorokan
"Pintu Masuk"
Langkah penting juga diprioritaskan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Denpasar dengan memasang alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, karena bandara merupakan "pintu masuk" yang pertama menerima kedatangan penumpang pesawat dari luar negeri.
"Kami sudah bersiap melakukan pendeteksian penumpang untuk mengantisipasi virus yang berasal dari Kota Wuhan, China, sejak 4 Januari lalu dan telah melakukan rapat koordinasi pencegahan dengan seluruh pemangku kebijakan bandara," kata Kepala Bidang Upaya Kesehatan Lintas Wilayah KKP Kelas 1 Denpasar Putu Alit Sudarma di Mangupura, Badung (23/1).
Setiap penumpang yang tiba di Terminal Kedatangan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai akan melewati alat pemindai suhu tubuh dan petugas akan memantau suhu tubuh penumpang dari alat tersebut.
"Gejala-gejala orang yang terduga terinfeksi virus ini salah satunya adalah demam tinggi. Itu yang dideteksi oleh alat ini. Kalau menemukan penumpang yang suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celsius, petugas akan memeriksa lebih lanjut penumpang yang bersangkutan di klinik bandara," katanya.
Namun, kalau ternyata hanya sakit biasa, maka penumpang itu akan diobati seperti biasa. Apabila penumpang itu menunjukkan gejala seperti penyakit yang sedang ditangkal, maka akan langsung dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Ia mengatakan bahwa petugas KKP yang bertugas memantau kedatangan penumpang dari luar negeri juga dilengkapi dengan alat pelindung diri. "Saat ini petugas kami juga telah menggunakan alat pelindung diri yang paling sederhana yaitu masker," katanya.
Tapi, kalau virus ini penyebarannya terus meningkat, pihaknya juga telah menyiapkan baju pelindung khusus untuk para petugas yang bertugas di lapangan.
"Antisipasi secara jangka pendek secara mitigasi kami akan mencoba memberikan masker kepada seluruh petugas kami yang ada di operasional, baik itu Aviation Security atau Avsec, petugas Terminal Inspection, dan lainnya," kata Manajer Komunikasi dan Legal PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali Arie Ahsanurrohim.
Baca juga: Bandara Bali siap antisipasi penyebaran virus Corona (video)
Pengelola bandara juga mengimbau para petugas operasional memperhatikan informasi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar mengenai penularan virus Corona.
"Para team leader dan squad leader di bandara wajib berkoordinasi penuh dengan KKP karena secara keilmuan dan secara update informasi terkait virus ini ada di KKP. Kami juga siap mendukung penuh kebutuhan dari KKP jika terjadi hal-hal yang diindikasikan ada penyebaran virus di bandara," katanya.
Pemantauan penumpang yang datang dari luar negeri sudah dilakukan di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. "Kalau ada penumpang yang diindikasikan mengalami gejala serupa infeksi virus Corona saat terbang menuju Bali maka keterangannya akan dicantumkan dalam General Declaration yang diinformasikan kepada bandara tujuan," katanya.
Hal itu dilakukan agar ketika ada pemberitahuan penumpang yang memiliki penyakit atau diindikasikan suhu tubuhnya tinggi, maka penumpang itu bisa ditangani lebih cepat pada saat mereka mendarat di Bandara Ngurah Rai.
"Ini menjadi atensi kami secara khusus karena pada satu sisi kita di Bali tidak boleh terganggu secara pariwisata, namun juga harus diimbangi dengan upaya mitigasi penyebaran virus Corona untuk mencegah virus itu masuk Bali," katanya.