Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan daerah setempat sebagai salah satu tujuan wisata dunia dan pusat pertumbuhan ekonomi nasional sudah seharusnya memiliki manajemen pengelolaan dan penanggulangan bencana yang baik, sehingga wisatawan akan mendapatkan jaminan keamanan.
"Bali sebagai destinasi pariwisata dunia harus memiliki kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi bencana, termasuk melakukan penanganan yang tepat saat terjadi maupun pascabencana," kata dia saat menjamu peserta konferensi kebencanaan di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar, Senin (13/1) malam.
Semua pihak, menurut dia, perlu memberikan perhatian serius dan komitmen untuk menangani kebencanaan secara baik, khususnya di Provinsi Bali.
"Kami di Bali dengan wilayah mencapai 5.646 kilometer persegi, jumlah penduduknya lebih dari 4 juta, delapan kabupaten dan satu kota, 57 kecamatan, 636 desa, 80 kelurahan, dan 1.493 desa adat serta alam yang diisi dengan gunung yang aktif, yakni Gunung Agung," ucapnya.
Baca juga: BNPB ingin jadikan Bali percontohan
Gunung Agung pada 2017 erupsi mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan perekonomian di Bali, khususnya dunia pariwisata.
"Selain itu ada juga Gunung Batur, meski saat ini belum ada kelihatan aktivitasnya tapi suatu saat tertentu sesuai siklusnya itu akan terjadi," katanya.
Gubernur Koster mengatakan Bali saat ini telah memiliki sistem dan pengelolaan kebencanaan yang cukup bagus. Hal itu terbukti saat akan berlangsung pertemuan IMF-World Bank 2018.
"Di Bali, kami punya BPBD yang menurut penilaian Menko Maritim waktu mau IMF, itu termasuk yang bagus di Indonesia," ujarnya.
Dia menambahkan untuk menjadi determinan penyelenggaraan kepariwisataan yang berkualitas harus memiliki jaminan dalam pengelolaan kebencanaan yang baik, sehingga wisatawan yang akan datang ke Bali pada saat-saat tertentu kalau terjadi bencana, bisa mendapat penanganan dengan baik.
"Ketika mau IMF, itu termasuk yang dipersiapkan dengan baik mitigasinya, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bagaimana harus menangani, mengelola risiko dari bencana itu sendiri," ujar Gubernur Bali yang berasal dari Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.
Baca juga: BNPB siapkan konsep kesiapsiagaan tinggi di daerah wisata favorit (video)
Menurut dia, penanganan kebencanaan harus dijadikan sebagai perencanaan dengan pendekatan pembangunan yang holistik supaya jangan sampai tiba-tiba terjadi bencana, tidak ada kesiapan, baik dari sisi keorganisasian, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, serta sistem pengelolaan.
Pada kesempatan tersebut, Koster menyambut baik pelaksaanaan konferensi terkait kebencanaan di Bali.
Ia berharap, kegiatan itu berjalan dengan baik dan lancar.
Wakil Rektor ITB Miming Miharja menyampaikan konferensi bidang kebencanaan adalah satu dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Institut Teknologi Bandung dalam rangka menyongsong 100 tahun usia kampus bergengsi di Indonesia itu.
"Pada satu abad ini adalah usia yang tepat untuk merenung dan berkaca diri apa yang sudah dilakukan kemudian memandang ke depan agenda apa yang harus disusun agar kontribusi dari ITB ini lebih baik lagi untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa Indonesia," ujarnya.
Ia menyebut tema konferensi kebencanaan sebagai strategis, terlebih sebagaimana diketahui bahwa Indonesia terletak pada "ring of fire" dengan tantangan bencana yang luar biasa.
"Kita menyaksikan bagaimana BNPB bekerja dengan sangat keras untuk mengatasi berbagai masalah. Nah, harapannya ITB bersama perguruan tinggi lain, termasuk dari (Univeritas, red.) Udayana bisa merumuskan hal-hal yang penting sebagai masukan BNPB dan tentu kita semua," ucapnya.
Hadir pula pada kesempatan tersebut, Putri Suastini Koster, Menteri KPPN/Bappenas RI Suharso Monoarfa dam Kepala BNPB Doni Monardo.
Koster: Bali harus miliki manajemen kebencanaan yang baik
Selasa, 14 Januari 2020 12:59 WIB