Manila (ANTARA) - Ketika mendengar acara atau event olahraga bertaraf internasional, tentu setiap pribadi akan memiliki ekspetasi bahwa pasti akan ada kemeriahan di sekitar lokasi penyelenggaraan, seperti adanya umbul-umbul, bendera atau iklan di setiap sudut kota, bahkan di radio atau televisi.
Namun hal itu berbeda di SEA Games 2019 Filipina, ekspetasi itu harus dikubur dalam-dalam, dan layaknya tidak ada sesuatu yang "wah" di sekitar penyelenggaraan, setiap kontingen tetap harus fokus dengan tugas negara masing-masing, yakni memberikan yang terbaik.
Setiap jalanan di sudut kota Manila, Filipina yang menjadi pusat penyelenggaraan pun tidak tampak kemeriahan itu, hanya lalu lalang kesibukan warga layaknya kota metropolitan pada umumnya, yang setiap langkah warganya hanya digunakan untuk kesibukan dalam bekerja.
Seorang jurnalis pun sempat bergumam, apakah bener negara setempat menyelenggarakan event olahraga internasional, gumam itu terdengar ketika melangkah dari bandara menuju World Trade Center (WTC) yang terletak di Gil J Puyat Ave, Pasay, Metro Manila, yakni pusat media center acara itu.
Sempat viral mengenai kurangnya fasilitas di awal penyelenggaraan memang perlahan-lahan mampu ditutupi panitia, namun penyempurnaan yang dilakukan masih jauh dari ekspetasi, jika dibandingkan dengan event serupa sebelumnya.
Namun demikian, disadari atau tidak, bahwa ukuran atau standar "kemeriahan" setiap orang dan negara berbeda-beda, dan tentu hal yang terjadi di Filipina masih dianggap meriah sebagian penduduk setempat, bahkan mengakui tampilan upacara pembukaan SEA Games 2019 cukup bagus.
Baca juga: Tirano Baja rebut emas menembak
Baca juga: Perolehan medali sementara SEA Games 2019
"Dengan adanya tampilan tari-tarian yang ada, pembukaan kemarin malam cukup meriah, dan disaksikan langsung oleh Presiden Filipina, Rodrigo Duterte," kata salah seorang sopir transportasi daring, Evacula Perez, ketika mengajak berbincang terkait pembukaan SEA Games 2019.
Namun bagi sebagian yang lain, ada pula yang merasa bahwa event itu biasa-biasa saja, dan sebagian yang lain merasa sepi tidak menampilkan kemeriahan.
Tentunya, perdebatkan kata kemeriahan bagi event sebesar SEA Games 2019 tidak akan pernah selesai, sebab acuan atau standar ekspetasi yang digunakan berasal dari individu masing-masing, dan akan kembali ke masing-masing individu pula.
Badai
Lima hari sudah pelaksanaan SEA Games 2019 berlangsung di Filipina, dan kontingen negara-negara peserta masih bertahan dengan semangat memberikan yang terbaik, meski sempat ada ancaman angin kencang Kammuri yang melanda gelanggang tempat bertanding pada Selasa (3/12).
Badai yang melanda seharian, disertai hujan deras dan angin kencang juga sempat menjadi topik hangat di beberapa media setempat dan internasional peliput SEA Games 2019, sebab mengakibatkan pembatalan beberapa pertandingan cabang olahraga.
Bahkan di kontingen Indonesia, salah satu pelatih cabang olahraga sepak bola malah menjadikan badai itu fokus untuk mengantisipasi permainan, daripada ancaman lawan di laga melawan Brunai Darussalam.
"Angin cukup menganggu kami. Bahkan tadi dalam pengarahan kami justru menekankan tentang angin kepada pemain, bukan soal mengalahkan Brunei Darussalam," ujar Pelatih Sepak Bola Timnas U-22, Indra Sjafri usai pertandingan melawan Brunai Darussalam.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Manila pun sempat mengeluarkan imbauan kepada kontingen Indonesia yang berlaga di SEA Games 2019 untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah, karena adanya badai Kammuri yang melanda wilayah setempat.
KBRI juga memberikan pusat layanan informasi di nomor +639173198470 apabila terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap warga atau kontingen Indonesia.
"Kami sudah mencatat seluruh kontingen yang ikut dalam pelaksanaan SEA Games 2019 ada sekitar 1.200 anggota kontingen, dan meminta mereka untuk menghubungi pusat informasi KBRI di Manila apabila ada hal yang tidak diinginkan," kata Bagian Penerangan Humas dan Media KBRI Manila, Agus Buana kepada ANTARA di Manila.
Kini, badai sudah berlalu dan hari-hari cerah di sebagian wilayah Filipina membuat atlet dan kontingen kembali semangat berlaga untuk memperebutkan medali emas dan yang terbaik bagi negaranya.
Semangat tempur kontingen Indonesia di SEA Games 2019 juga kembali, usai badai yang mengkusamkan sejumlah wajah atlet karena ketegangan akibat ancaman angin itu.
Perlahan tapi pasti, medali kembali diraih atlet Tanah Air, salah satunya melalui cabang olahraga andalan bulu tangkis beregu putra yang menang 3-1 atas Malaysia pada babak final di Muntilupa Sports Complex, Manila.
Pasangan Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira/Ade Yusuf yang turun pada partai keempat meraih medali emas untuk Indonesia itu lewat kemenangan 21-16 dan 21-19 atas Ong Yew Sin/Teo Ee Yi.
"Alhamdulillah saya dan Arya bisa menjawab kepercayaan pelatih. Ini semua saya persembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia," kata Arya seusai menjadi penentu kemenangan.
Tentunya, dengan raihan emas satu demi satu dari cabang olahraga unggulan, posisi Indonesia diharapkan bisa merangkak naik, dan mencapai target peringkat dua klasemen SEA Games 2019, serta melupakan bersama ekspetasi kesempurnaan dan tetap berjuang yang terbaik. Amin..