Semarang (ANTARA) - Praktisi kesehatan pusat kanker Rumah Sakit Parkway Singapura dr. Richard Quek mengatakan mutasi genetik menyebabkan potensi orang muda terkena kanker semakin meningkat.
"Kanker pada orang muda tetap terjadi meski tidak memiliki riwayat kanker secara genetik. Bukan karena keturunan," kata konsultan senior onkologi medis pusat kanker Rumah Sakit Parkway Singapura itu di Semarang, Kamis.
Dalam 10 tahun terakhir, ujar dia kanker yang menyerang kaum muda sangat dimungkinkan terjadi, meski telah menjaga pola hidup sehat.
Menurut dia, belum diketahui penyebab atau pemicu terjadinya mutasi genetik itu.
Ia mengemukakan terdapat beberapa mitos berkaitan dengan penyakit kanker di masyarakat yang harus diluruskan.
Ia mencontohkan biopsi yang diduga justru memicu terjadinya kanker.
Teknologi saat ini, kata dia memungkinkan biopsi yang lebih akurat dalam medeteksi kanker.
"Biopsi aman dilakukan. Perkembangan teknologi meningkatkan akurasi dalam pegambilan sampel biopsi," tambahnya.
Baca juga: Minum teh terlalu panas dapat tingkatkan risiko kanker
Kemoterapi dan radiasi bagi penderita kanker juga perlu dilakukan sejak dini, ujar dia meski menimbulkan efek samping.
Kemoterapi, menurut dia bertujuan untuk membunuh sel kanker yang berproduksi cepat dan tidak mau mati.
"Ada efek sampingnya. Sel-sel yang sehat akan terkena dampaknya," sebutnya.
Perkembangan teknologi, lanjut dia juga memungkinkan pengobatan kanker bisa meminimalisasi efek samping yang terjadi.
Ia menyebut teknologi Imuno Terapi lebih baik jika dibanding dengan kemoterapi.
"Imuno Terapi merupakan teknik pengobatan yang menginjeksi sel imunitas untuk membunuh sel-sel kanker," katanya.
Untuk meminimalkan petensi terkena kanker, ia menganjurkan pola hidup sehat.
"Hindari merokok. Putuskan untuk berhenti merokok, jangan hanya menguranginya," tambahnya.
Peluang kanker pada orang muda meningkat akibat mutasi gen
Kamis, 24 Oktober 2019 17:13 WIB