Denpasar (Antara Bali) - Bergabungnya Amerika Serikat dan Rusia dalam East-Asia Summit (EAS) diharapkan mampu menjaga stabilitas negara-negara di kawasan Asia Timur.
"Peran mereka penting untuk menjaga stabilitas EAS dan bukan berarti mengintervensinya," kata pengamat politik luar negeri Universitas Udayana I Made Anom Wiranata SIP MA, di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, jika kondisi di Asia Timur tidak seimbang, justru naluri agresisivitas satu negara terhadap negara lain akan mudah terpicu.
Ia mencontohkan situasi yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Walaupun kapal perang AS melewati wilayah perbatasan kedua negara tersebut, sudah menjadi perhitungan tersendiri bagi Korea Utara untuk tidak menyerang Korea Selatan.
"Negara yang lemah dari segi militer seyogyanya didampingi oleh negara yang kuat. Blok dalam pengertian sekarang bukan untuk persekutuan adu kekuatan, tetapi untuk mencegah diserangnya satu negara oleh negara lainnya," kata dosen Hubungan Internasional FISIP Unud itu.
Kehadiran AS dan Rusia dalam EAS, kata dia, lebih pada upaya mencegah penggunaan kekuatan militer oleh negara-negara di Asia Timur sendiri yang saat ini mengklaim diri mempunyai kekuatan besar dari sisi militer.
"Sedangkan gejala timbulnya kembali perang dingin antara AS-Rusia tampak kecil karena mereka sangat berkepentingan untuk masuk di pasar bebas kawasan Asia Timur," ujar Anom Wiranata.(*)