Denpasar (ANTARA) - Kesenian Arja yang dibawakan Sekaa Arja Lansia Sukanya, Desa Dalung, Kabupaten Badung, tampil memikat pada Pesta Kesenian Bali ke-41/2019 di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.
"Tantangan dalam menggarap lakon ini karena semua yang terlibat sudah lansia-lansia. Tetapi karena prinsip 'ngayah' atau mengabdi itu, semua anggota tim ikhlas melakukannya. Keikhlasan itu kunci kami berkarya dan bisa seperti ini," kata Kordinator Sekaa Arja Lansia Sukanya, Jro Mangku Ketut Gina, disela-sela pementasan di Taman Budaya, Denpasar, Jumat
Pementasan Arja lansia tersebut tampak memikat pengunjung yang memenuhi kalangan (panggung) Ayodhya Taman Budaya, Denpasar. Arja Lansia yang diperkuat 12 orang pemain yang paling muda berusia 55 tahun, dan yang tua ada yang berusia lebih dari 70 tahun. Selain itu juga didukung oleh 12 orang penabuh.
Sekaa Arja lansia ini mementaskan lakon "Sungu Mawungu". Lakon yang menceritakan tentang raja wanita (Limbur) yang sakti dari kerajaan Sunya Merta yang memiliki seorang putri, Diah Anggrek Wulan dan seorang putra yakni Mantri Buduh bernama Raden Jaya Prakosa. Tetapi keduanya belum ada pendamping.
Mantri Buduh sejak lama menginginkan Galuh Satyawati sebagai istri. Padahal Galuh Satyawati dari kerajaan Tantra Pura telah diambil sebagai calon istri oleh Mantri Manis dari kerajaan Santi Pala.
Baca juga: Sekaa Gong Dharma Kerthi Kota Denpasar pukau penonton PKB ke-41
Sementara Diah Anggrek Wulan menginginkan suami Putra Santi Pala dari kerajaan Santi Pala calon suami Galuh Satyawati. Melalui kesaktiannya Limbur mencoba mewujudkan keinginan putra dan putrinya.
"Awalnya terlihat akan berhasil, tetapi kemudian gagal karena kesaktian benda pusaka berupa Sungu," ujar Ginar.
Ketut Gina mengatakan awalnya mereka bukan membuat sekaa arja lansia. "Semua berawal dari ngebrik. Terus kita buat sekar alit dulu. Kemudian megegitan, geguritan, lanjut meningkat sekar agung. Sudah itu kita bentuk arja duduk atau orang sering sebut arja taman penasar," ujarnya.
Taman Penasar ini laris sekali karena kita sifatnya ikhlas semua. "Tidak pamrih yang tua-tua ini tidak ada pamrih sama sekali itu yang menyebabkan orang merasa senang," ujarnya.
Baca juga: Seniman muda tampilkan Gambuh Budakeling di PKB
Menurut Ketut Gina, mereka pun diundang pentas ke mana-mana sampai di Gunung Salak Bogor, Jakarta, Jawa Timur bahkan sampai ke Pulau Lombok.
"Kemudian meningkat. Ide-ide muncul, kami pun rapat. Salah satu keputusnnya adalah membuat arja lansia karena sudah ada bibit-bibitnya," katanya.
Sementara itu, penanggungjawab pementasan arja lansia, I Ketut Merjiwa mengatakan kalau ditarik ke belakang, awal mula berdirinya sanggar mereka sudah ada sejak tahun 2000-an.
"Jadi, kami membentuk sanggar ini tahun 2000. Terus seiring perjalanan akhirnya juga mendirikan sanggar Arja lansia ini," ujar Merijiwa
Untuk persiapan pementasan ini mereka melakukan latihan selama tiga bulan dengan seminggu bertemunya tiga kali. "Kami minta support dan perhatian dari pemerintah biar kami dapat untuk selanjutnya melestarikan kebudayaan Bali," katanya.
Kesenian Arja lansia tampil memikat pengunjung Pesta Kesenian Bali
Sabtu, 6 Juli 2019 5:18 WIB