Denpasar (ANTARA) - "Ada mahasiswa yang sama sekali tidak tahu kepemiluan, ada yang sudah tahu, tetapi masih belum paham. Tetapi kami bangga karena mereka antusias untuk bertanya dan ingin tahu. Kami sangat senang dengan 'feedback' seperti itu," kata anggota KPU Bali Divisi Sosialisasi Gede John Darmawan.
Ya, generasi milenial menjadi salah satu dari target Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali yang tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi komisi yang ada di kawasan pariwisata dunia itu telah mencanangkan tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu 2019 di Pulau Dewata sebesar 80 persen.
Oleh karena itu, selama beberapa minggu terakhir, KPU Bali berkeliling ke berbagai perguruan tinggi dalam ajang berbalut "KPU Goes to Campus" untuk berusaha menggaet hati para pemilih milenial agar mau datang berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara pada 17 April 2019.
Sebelumnya, KPU Bali telah menetapkan daftar pemilih tetap hasil perbaikan yang ketiga (DPTHP-3) untuk Pemilu 2019 dengan jumlah pemilih sebanyak 3.130.288 pemilih dengan rincian laki-laki berjumlah 1.556.427 pemilih, pemilih perempuan berjumlah 1.573.861 pemilih yang tersebar di 57 kecamatan, 716 desa/kelurahan, dan 12.384 tempat pemungutan suara.
Jika dilihat jumlah pemilih berdasarkan usianya, jumlah pemilih milenial di Bali terbilang cukup besar. Untuk pemilih pemula hingga yang berusia 20 tahun (257.585 pemilih), 21-30 tahun (564.054 pemilih), 31-40 tahun (584.483 pemilih), 41-50 tahun (656.775 pemilih), 51-60 tahun (462.254 pemilih) dan yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 605.137 pemilih. Jadi, sepertiga lebih pemilih itu milenial.
Menurut John Darmawan, sedikitnya ada 12 kampus yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di Bali menjadi sasaran kegiatan "KPU Bali Goes to Campus" yakni diantaranya Universitas Udayana, Universitas Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Warmadewa, Universitas Mahasaraswati, Stikom Bali, Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, dan sebagainya.
Tak saja diisi sosialisasi pemaparan materi mengenai jenis-jenis surat suara, metode pencoblosan, pentingnya pemilu, jumlah pemilih dan parpol peserta pemilu, civitas akademika tiap kampus juga berkesempatan berdialog dengan para komisioner KPU Bali.
"Iya, dalam setiap kunjungan ke kampus memang kami rancang juga ada sesi tanya jawab dan diskusi. Umumnya pertanyaan yang sering mengemuka soal mekanisme memilih jika domisilinya tidak di sini," ujar mantan Ketua KPU Kota Denpasar itu.
Jika warga kampus disasar oleh KPU Provinsi Bali, maka untuk pemilih pemula di sekolah-sekolah menjadi tanggung jawab KPU pada tingkatan kabupaten/kota dengan sosialisasi yang juga dilakukan secara masif yang melibatkan relawan demokrasi.
Terkait upaya menjaring pemilih milenial itu, KPU Bali juga telah menggelar Lomba Mural Pemilu Serentak 2019 dengan memperebutkan hadiah total sebesar Rp22,5 juta, sebagai salah satu upaya untuk memberikan ruang berekspresi di ruang publik bagi generasi milenial.
"Harapan kami, dengan lomba mural seperti ini, maka pemilih pemula dan kaum milenial juga dapat menangkap pesan agar dalam pemilu 17 April mendatang jangan sampai golput," kata Ketua KPU Bali I Dewa Gede Agung Lidartawan disela-sela acara lomba itu.
Dari proses seleksi terhadap 18 pendaftar, telah diambil 10 besar kelompok yang berkesempatan menuangkan ekspresinya terhadap Pemilu 2019 dalam lomba mural yang mengangkat tema pemilu damai dan berintegritas itu pada tembok belakang SMAN 1 Denpasar di Jalan Gadung, Denpasar.
"Dengan mengisi ruang kosong lewat mural-mural ini, sekaligus menjadi sarana sosialisasi untuk menggugah generasi milenial agar datang ke TPS menyalurkan suaranya pada 17 April mendatang," ucap Lidartawan yang juga mantan Ketua KPU Kabupaten Bangli itu.
Tidak hanya itu, dalam mengawali kegiatan kampanye rapat umum, KPU Bali pun telah menggelar "Pemilu Run Fun 5K" yang melibatkan ribuan peserta dari kalangan peserta pemilu hingga masyarakat umum, termasuk kaum milenial.
Cara lain, KPU juga mengadakan konser musik dengan menghadirkan Joni Agung&Double T, Crazy Horse dan Ocha, serta lima finalis Festival Band Pemilih Berdaulat se-Bali. Lewat acara itu, pihaknya mengapresiasi para seniman karena cara berkesenian lebih cepat untuk mencapai kedamaian, kesejukan, selain menumbuhkan kreativitas untuk mendukung Pemilu 2019.
Pemilih Insan Pariwisata
Selain generasi milenial, pemilih penting dalam Pemilu di Pulau Bali juga diharapkan datang dari dukungan insan pariwisata.
Hal itu, karena jumlah penduduk Bali yang bekerja di sektor pariwisata cukup besar hingga sekitar 750 ribu orang jika dibandingkan jumlah DPT Bali yang mencapai 3,1 juta pemilih.
Oleh karena itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengajak Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali untuk mengeluarkan imbauan bersama guna meminta masyarakat di Pulau Dewata agar dapat menggunakan hak pilihnya pada 17 April mendatang.
"Imbauan ini sebagai bentuk dukungan kepada KPU. Saya sebagai Gubernur, dan juga PHDI serta MUDP mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat," kata Koster saat membacakan imbauan pemilu tersebut.
Menurut Koster, kalau sampai masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih tidak menggunakan hak pilihnya, akan sangat merugikan negara, sebab sangat menentukan masa depan calon pemimpin untuk lima tahun ke depan, apalagi biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan Pemilu 2019 sangat besar.
Dalam pelaksanaan pemilu kali ini, pihaknya pun mengajak masyarakat setempat untuk tetap menjaga nama baik Bali di hadapan masyarakat nasional dan internasional sebagai pulau yang memiliki peradaban dengan budaya tinggi serta sebagai destinasi wisata dunia.
Ya, tidak hanya jajaran penyelenggara pemilu yang menginginkan adanya peningkatan partisipasi pemilih dalam Pemilu Serentak 2019, namun menjadi keinginan semua pihak dari tokoh formal di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali hingga tokoh adat juga menginginkan hal serupa dengan melakukan berbagai dukungan untuk KPU.
Bahkan, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang juga merupakan salah satu tokoh pariwisata di Pulau Seribu Pura itu pun mengingatkan agar kalangan pariwisata jangan sampai mengesampingkan urusan pemilu.
Wagub yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali itu mengharapkan manajemen industri pariwisata dapat memberikan kelonggaran pada para pekerja untuk mencoblos.
Orang nomor dua di Bali yang akrab disapa Cok Ace itu menegaskan bahwa pihaknya menginginkan jangan sampai aturan kerja yang ketat di industri pariwisata menjadikan angka golput semakin tinggi.
Jumlah partisipasi pemilih di Bali dari tahun ke tahun memang cukup fluktuatif. Pada Pilkada Bali tahun 2013, angka partisipasi pemilih mencapai 73 persen, kemudian naik lagi pada Pemilu 2014 menjadi 77 persen. Tetapi, mengalami penurunan yang cukup signifikan pada Pilkada Bali 2018 menjadi 72 persen.
"Kita antisipasi angka golput agar bisa turun sehingga partisipasi masyarakat bisa mencapai 80 persen sesuai target KPU Bali," ucapnya yang juga Tokoh Puri Ubud itu.
Ia menyadari aturan kerja di pariwisata cukup ketat karena menyangkut sistem pelayanan kepada para tamu, namun diharapkan pemilik hotel bisa meliburkan karyawan yang jauh untuk pulang dan nyoblos.
Sementara itu, bagi karyawan yang rumahnya dekat bisa diatur dengan pergantian "shift" (giliran) yang lebih fleksibel, agar masing-masing bisa nyoblos sebelum pukul 13.00 Wita.
"Bali sebagai etalase pariwisata Indonesia di dunia internasional juga membutuhkan kebijakan yang mendukung kepentingan Bali ke depannya. Jadi, mari kita berpartisipasi dalam pemilu kali ini, pilih calon kita untuk kepentingan tanah kelahiran kita," ajak Wagub Bali itu. (ed)