Jakarta (ANTARA News) - Pakar hipertensi, dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, menganjurkan agar konsumsi kopi (ngopi) sebaiknya hanya 330 mg atau tiga cangkir per hari sesuai anjuran American Heart Association tentang pengaruh kopi bagi hipertensi.
"Kopi dengan kandungan kafein memiliki efek U-Shape," kata Paskariatne dalam acara bertajuk "Wasapadai Hipertensi Pada Generasi Milenial" di Jakarta Selatan, Jumat.
Menurut dia kalau kopi dikonsumi kurang dari satu cangkir maka tidak akan berpengaruh apapun terhadap tekanan darah. Akan tetapi kalau diminum 1 cangkir per hari, tekanan darah akan menjadi naik dan akan lebih berpotensi terkena hipertensi.
Sebaiknya ditambah dengan kopi satu atau dua cangkir lagi untuk menurunkan tekanan darah yang naik, ungkapnya.
Penelitian menunjukan bahwa kopi memiliki zat aktif yang berfungsi sebagai antioksidan yang hanya ada dalam dosis kopi yang tinggi. Zat aktif ini akan membunuh zat kafein yang ada dalam tubuh.
"Sehingga tekanan darah yang naik akibat satu cangkir kopi akan dibunuh oleh konsumsi kopi pada cangkir selanjutnya," ujar dia.
Dia menyarankan untuk tidak mencampur kopi dengan karamel atau susu karena itu merupakan campuran yang tidak baik dan berisiko terkena hipertensi.
Trend Milenial
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan melihat trend minum kopi pada kaum milenial meningkat, sehingga mendorongnya untuk lebih kreatif menumbuhkan jiwa entrepreneur terkait konsumsi kopi.
"Saya dapat memahami anak-anak muda kaum milenial saat ini lebih suka memilih jalan sendiri, salah satunya membuka usaha kedai kopi," kata Hasto Kristiyanto saat menghadiri komunitas kopi di kedai kopi di Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/2) malam.
Didampingi Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Tubagus Hasanuddin dan Ketua DPRD Jawa Barat Ineu Purwadewi Sundari, Hasto sempat diminta menjadi tester untuk mencicipi dan membedakan mana kopi asli dan mana kopi campuran. Hasto diminta mencicipi empat gelas kopi. Dari empat gelas tersebut, dua gelas kopi asli dan dua gelas kopi campuran. Setelah dicicipi, baru kemudian pemilik kedai meunjukkan mana kopi asli dan mana kopi campuran.
Di hadapan komunitas kopi kaum milenial, Hasto menuturkan, bahwa kaum milenial saat ini sudah semakin kreatif dan banyak anak muda yang membuka usaha kedai kopi dengan kualitas baik. "Hal ini akan mendorong semakin meningkatnya tren minum kopi yang sebenarnya," katanya.
Menurut Hasto, Presiden Joko Widodo juga pecinta kopi yang sebenarnya. "Pak Jokowi memahami apa yang disenangi anak muda atau kaum milenial pada kopi," kata Hasto.
Politisi asal Yogyakarta ini pun menceritakan pengalamannya, dulu dirinya sering minum kopi yang ditambahi gula, tapi sekarang sudah tidak lagi. "Kadang-kadang saya harus harus merasakan pahit, karena menjadi politisi itu kadang-kadang hidupnya pahit," kataya.
Hasto juga memuji kaum milenial di Bandung yang dinilai sebagai pusat kreativitas. "Di Bandung, apa pun akan terlihat baik. Kaum milenial di Bandung memiliki kreativitas yang tinggi, sehingga membuat Bandung menjadi indah," katanya. (ed)