Denpasar (Antara Bali) - Peneliti Universitas Udayana Dr KG Dharma Putra MSc mengungkapkan kawasan Bali bagian selatan (meliputi Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan) akan mengalami defisit air bersih sebesar 1.500 hingga 2.500 liter perdetik pada tahun 2015.
"Prediksi itu didasarkan pada hasil studi komprehensif ketersediaan air sungai dan danau di Bali pada tahun 2006 dan hasil studi penelitian JICA tahun 2009 tentang air," kata Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan Universitas Udayana itu, di Denpasar, Sabtu.
Ia mengungkapkan, dari hasil penelitian tentang air yang dilakukan "The Japan International Cooperation Agency" (JICA), kawasan Bali selatan kemungkinan akan mengalami kekurangan pasokan air sekitar 1.500 - 2.500 liter perdetik.
"Kekurangan air terjadi akiba banyaknya pembangunan di kawasan tersebut, terutama untuk pembangunan fasilitas pendukung pariwisata dan pemukiman baru," ujar Dharma Putra yang juga menjadi salah satu tim peneliti JICA.
Tidak sampai menunggu tahun 2015, sekarang saja, kata Dharma Putra, kawasan Bali selatan sejatinya sudah mengalami kekurangan air.
"Hotel-hotel yang ada di kawasan itu menggunakan air tanah karena terbatasnya pasokan air dari PDAM. Demikian pula sekitar 10.000 rumah baru di sana mengalami kondisi kekurangan air," ucapnya.
Ia mengatakan rata-rata setiap kamar hotel menghabiskan 1.500 liter air perhari, padahal kapasitas air yang mampu dipenuhi PDAM untuk kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, saat ini baru sekitar 900 liter perdetik.
Untuk kawasan Denpasar dan Badung (di luar Nusa Dua), kapasitasnya sekitar 2.500 hingga 3.500 literperdetik. Jumlah itu belum mampu menjawab total kebutuhan air.
Ia menekankan pemerintah segera mewujudkan penyediaan air ini. Pengeboran air bawah tanah secara terus-menerus dapat mengakibatkan intrusi air laut ke daratan, mengganggu keseimbangan alam, serta dapat merusak siklus ekosistem.
"Hasil pengamatan terakhir terhadap air tanah di pesisir Sanur, Kuta, Benoa, dan Nusa Dua ternyata sudah terasa asin. Hal itu menunjukkan telah terjadinya intrusi air laut," katanya.
Dharma Putra menambahkan, kapasitas air di permukaan dari beberapa sungai di Bali sesungguhnya mampu menjawab kemungkinan krisis air tersebut.
"Air sungai dinaikkan di dam, diolah, kemudian dibuat pipa transmisi untuk mengalirkan air ke reservoar. Dari reservoar ini selanjutnya didistribusikan ke rumah-rumah dan hotel di kawasan Bali bagian selatan," ujarnya.
Dari hasil studi, ada empat "tukad" atau sungai, lanjut dia, yang mampu mendukung pasokan air tersebut yakni Tukad Unda di Kabupaten Klungkung, Tukad Petanu di Kabupaten Gianyar, dan Yeh Penet yang terletak di perbatasan Kabupaten Tabanan dan Badung.
Ia menambahkan, jika sudah ada implementasi jaringan pemipaan air, sungai Unda mampu memasok tambahan air sekitar 2.500 liter/detik, sungai Petanu 300 liter/detik, dan sungai Penet 300 liter/detik," ujarnya.
"Dibutuhkan waktu dua hingga tiga tahun untuk mempersiapkan sarana dan prasarana ini. Saya yakin pemerintah mampu untuk mewujudkan itu. Kalau tidak dilakukan, maka krisis air akan benar-benar terjadi," tegas Dharma Putra.(**)