Negara (Antaranews Bali) - Pengecer bahan bakar minyak jenis premiun, pertalite, dan pertamax di Kabupaten Jembrana, Bali, saat ini banyak beralih menggunakan mesin digital seperti di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau menjadi semacam SPBU mini.
"Dengan menggunakan mesin selain praktis dan tepat takarannya, pembeli juga lebih ramai. Kalau saya masih menggunakan botol untuk berjualan, bisa kalah dengan penjual yang lain," kata salah seorang pengecer BBM, Ahmad Atqo, di Negara, Selasa.
Pengecer yang beralih dari menggunakan botol ke mesin digital sejak empat bulan terakhir itu mengaku semenjak menggunakan mesin digital, omzet penjualan BBM eceran yang ia kelola naik drastis dibandingkan dengan saat masih menggunakan botol.
Menurutnya, dengan menggunakan mesin digital seperti di SPBU atau menjadi SPBU mini itu, pembeli tidak lagi terpatok harus membeli minimal satu liter seperti saat masih ditempatkan dalam botol, tapi bisa membeli berdasarkan jumlah uang.
"Membeli Rp5.000 juga bisa. Lain kalau menggunakan botol, minimal harus membayar untuk satu liter sesuai isi botol. Dengan pembelian yang lebih bisa diatur seperti ini, konsumen menjadi senang," katanya.
Keputusan untuk beralih ke mesin digital juga dilakukan H. Nur Sauli yang membeli dua unit SPBU mini, sekaligus untuk berjualan BBM jenis premium dan pertamax di bengkel sepeda gayung depan rumahnya.
Baru sekitar dua bulan menjual BBM dengan sistem tersebut, ia mengakui, pembeli yang datang jauh lebih banyak dibandingkan dengan saat masih menggunakan botol.
"Selain itu, dengan mesin seperti di SPBU saya merasa lebih aman dibandingkan dengan berjualan bensin dengan botol. Takarannya juga lebih tepat sehingga saya dan pembeli sama-sama diuntungkan," katanya.
Terkait dengan pembelian di SPBU, mereka berdua serta sejumlah pedagang BBM eceran lainnya mengaku tidak ada masalah, sepanjang SPBU memiliki stok BBM yang mencukupi.
Namun, saat pasokan BBM ke SPBU tersendat, para penjualan eceran harus mengalah karena pengelola SPBU lebih memprioritaskan untuk mengisi bahan bakar kendaraan yang datang.
"Hal itu sudah kami maklumi, tapi sangat jarang terjadi. Biasanya kami selalu bisa membeli BBM di SPBU untuk dijual kembali. Keberadaan penjual BBM eceran sangat bermanfaat bagi masyarakat yang jauh dari SPBU," katanya.
Lain halnya dengan Rahman Kholidi. Beralihnya penjual BBM eceran dari botol ke mesin digital juga menjadi peluang bisnis bagi pemuda yang memiliki keahlian membuat mesin tersebut di bengkel miliknya itu.
Ia mengatakan, sejak munculnya penjualan BBM eceran dengan menggunakan mesin, ia kebanjiran pesanan tidak hanya dari Kabupaten Jembrana, tapi juga sampai Kabupaten Buleleng bahkan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
"Awalnya saya membuat untuk usaha menjual BBM eceran sendiri karena saya juga memiliki toko yang dulu menjual bensin dengan botol. Rupanya banyak orang yang melihat, kemudian memesan kepada saya," katanya.
Untuk mesin penjual BBM eceran ia membuat dua model yaitu yang tunggal dengan harga Rp11 juta dan ganda dengan harga Rp21 juta, dengan kapasitas ratusan liter.
Menurutnya, dengan usaha bengkelnya yang berkembang, saat ini ia bisa mempekerjakan tiga karyawan tetap serta menambah karyawan lepas apabila pesanan banyak.
"Agar pemesan bisa cepat menerima barangnya, saya membuat sejumlah kerangka mesin penjualan BBM digital. Saat ada yang pesan tinggal melakukan pengecatan, memasang bensin serta tempat penampungan BBM," katanya. (ed)