Jakarta, (Antaranews Bali) - Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Syeikh Ahmad Al Fahad Al Sabah menyatakan penyelenggaraan Asian Games 2018 menorehkan sejumlah peristiwa sejarah baru bagi banga Asia.
"Kami gembira dapat hadir di negara anda yang indah ini. Penyelenggaraan Asian Games ini membuat sejarah baru dengan dua kota sebagai tuan rumah untuk pertama kalinya, yaitu Jakarta dan Palembang. Itu semakin mendekatkan dengan agenda Olimpiade 2020 yang diusung Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach," kata Syeikh Ahmad dalam sambutan upacara pembukaan Asian Games 2018 yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Sabtu malam.
Dewan Olimpiade Asia, menurut Syeikh Ahmad, harus menunggu 56 tahun untuk dapat kembali ke Indonesia dan menggelar Asian Games ke-18.
"Asian Games ke-18 ini juga membuat sejarah baru di mana tim Korea Utara dan tim Korea Selatan melebur menjadi satu tim. Kontingen Kuwait yang harus menerima sanksi dan berada di bawah bendera independen selama beberapa tahun, sekarang dapat mengikuti kejuaraan dengan mengibarkan bendera mereka sendiri dan lagu kebangsaan mereka," kata Syeikh Ahmad.
Syeikh Ahmad menyampaikan terimakasih kepada bangsa Indonesia serta kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang telah mewujudkan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games.
"Kami juga berterimakasih kepada lebih dari 30 ribu sukarelawan yang telah mewujudkan penyelenggaraan pesta multi-cabang olahraga ini. Kami tidak dapat melakukannya tanpa dukungan kalian. Terimakasih untuk waktu dan kontribusi demi kejayaan Indonesia," katanya.
Sementara, Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 Erick Thohir, dalam sambutan upacara pembukaan, menyampaikan bangsa Asia merupakan bangsa yang mencintai keharmonisan dan perdamaian.
"Indonesia percaya Asia adalah sebuah benua menakjubkan dan sebagai tanah keberagaman dengan jumlah suku dan etnis terbanyak di dunia," ujar Erick yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu.
Bangsa Asia, lanjut Erick, dengan keragaman demografi yang dimilikinya menjadi masyarakat Asia yang dinamis dan kompetitif.
"Menyebut Asia berarti juga menyebut keragaman bangsa-bangsa di dalamnya. Untuk itu, kita semua hadir di sini untuk merayakan keragaman, untuk merayakan perbedaan kita, untuk merayakan kemanusiaan kita, dan untuk menyalurkan energi dari bangsa yang beragam untuk menjadi satu kesatuan, harmony 'the energy of Asia'," kata Erick. (AL)