Batu, Jawa Timur (Antaranews Bali) - Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali belajar pada Kota Batu, Provinsi Jawa Timur untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat, karena kedua daerah itu memiliki titik temu pada sektor pariwisata berbasis masyarakat.
Titik temu itu terungkap saat dua pejabat dari dua daerah itu bertemu di Kantor Walikota Batu, Jumat (27/4), ternyata kedua wilayah ini sama-sama berjalan mengembangkan desa wisata yang melibatkan masyarakat setempat selaku pengelola.
"Untuk memperkuat desa wisata, kami di Kabupaten Jembrana sedang menyusun peraturan daerah terkait hal tersebut. Dengan payung hukum dari daerah, keberadaan desa wisata akan lebih terjaga dan berkembang," kata Asisten III Pemkab Jembrana Nengah Ledang disela-sela kunjungan ke Kota Batu, Sabtu.
Ia mengatakan, peraturan daerah yang mengatur desa wisata juga untuk mendorong inisiatif masyarakat agar menggali, mempromosikan, menjaga serta mengelola potensi objek wisata di wilayah masing-masing.
Di Kabupaten Jembrana sendiri cukup banyak objek wisata hasil inisiatif masyarakat, yang beberapa diantaranya menjadi viral di media sosial dan cukup banyak dikunjungi wisatawan khususnya domestik.
Dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat, ada kemiripan pola yang dilakukan Pemkab Jembrana dengan Pemerintah Kota Batu, dengan sama-sama memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat setempat untuk menggaet pihak ketiga dengan sistem saham atau bagi hasil dalam pengelolaannya.
Jika Kota Batu memiliki Batu Night Spectakular (BNS) di Desa Oro-Oro Ombo, Kabupaten Jembrana juga ada desa wisata Blimbingsari, Kecamatan Melaya yang dalam pengelolaannya masyarakat membentuk komite wisata.
"Dengan pariwisata terbukti bisa mengubah desa yang dulunya gersang dan sepi, menjadi objek wisata yang ramai dengan dampak peningkatan ekonomi masyarakat setempat," kata Kepala Dinas Komunikasi Dan Informasi Kota Batu Siswanto yang menerima kedatangan rombongan dari Jembrana.
Ia mengatakan, sebelum ada BNS, Desa Oro-Oro Ombo merupakan desa yang gersang, sepi dengan tingkat ekonomi masyarakatnya pas-pasan. Kondisi desa yang terkesan biasa saja itu, katanya, ternyata menyimpan potensi pariwisata yang besar, sehingga Pemerintah Kota Batu mendorong masyarakat setempat untuk bergerak ke arah itu.
"Kami dari pemerintah memfasilitasi dengan mengajak investor untuk membangun objek wisata di desa tersebut dengan sistem saham. Lokasi yang dibangun objek wisata merupakan tanah milik desa, yang kami tidak ikut campur dalam pembicaraan detail antara desa dengan investor," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Batu Iwan Suprianto yang mendampingi Siswanto.
Karena hanya sebagai fasilitator, ia mengaku, tidak tahu persis lewat kerjasama saham itu ada hak yang diperoleh oleh desa beserta kewajibannya. Namun dari pantauan pemerintah, objek wisata malam di Desa Oro-Oro Ombo mampu mengubah situasi desa tersebut menjadi sangat ramai, serta kondisi ekonomi masyarakat semakin baik.
Perjalanan perkembangan pariwisata Kota Batu adalah proses panjang, yang menurut Siswanto dimulai sejak tahun 2002. Selama sekitar lima tahun, pemerintah melakukan berbagai persiapan dan perencanaan, sehingga pada tahun 2007 mulai dirasakan perkembangan yang signifikan. Mempermudah perijinan dan memberikan keringan pajak, katanya, merupakan dua cara untuk menarik investor ke daerah tersebut.
"Suksesnya pembangunan pariwisata juga ditentukan oleh perencanaan jangka panjang, beserta konsistensi untuk melaksanakannya. Dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai pengelola, dampak ekonomi pariwisata lebih besar dan merata dirasakan," katanya.
Prioritas pembangunan sektor pariwisata yang dilakukan Pemerintah Kota Batu, menurut Kepala Bagian Humas Shanti juga terbukti menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar bagi daerah ini, yang pada tahun 2017 mencapai Rp149 miliar. Ia mengatakan, pencapaian PAD dari sektor pariwisata ini melebihi dari target dan yang terpenting berhasil mengangkat derajat ekonomi masyarakat.
"Dalam strategi promosi, selain lewat media digital yang kami lakukan maupun dari masyarakat sendiri, kami juga bekerjasama dengan media massa," katanya.
Mendengar dan melihat apa yang dilakukan Pemerintah Kota Batu ini, Kepala Bagian Humas Dan Protokol Jembrana Komang Suparta yang ikut dalam rombongan kunjungan mengatakan, inti dari keberhasilan pariwisata adalah jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Terkait hal tersebut, katanya, Pemerintah Kabupaten Jembrana juga mulai melangkah dengan pola dan sistem yang kurang lebih sama dengan yang dilakukan Pemerintah Kota Batu.
Menurutnya, saat ini Pemkab Jembrana sedang gencar membangun berbagai objek wisata, baik di jalur utama Denpasar-Gilimanuk, objek wisata pantai, perkebunan maupun pedesaan dengan alamnya.
Selain membangun yang baru, katanya, pemerintah juga membantu pengadaan infrastruktur atau fasilitas bagi objek wisata hasil inisiatif dari masyarakat. "Banyak juga objek-objek wisata di kabupaten kami, bahkan tergolong lengkap mulai dari wisata pantai, desa, perkebunan hingga pegunungan," katanya.
Dalam membangun sektor pariwisata dua daerah ini sama-sama menjadikan masyarakat sebagai pelaku aktif, sehingga hasil ekonomi bisa terbagi lebih merata. Dengan melibatkan masyarakat, konflik-konflik yang sering muncul antara masyarakat dengan investor pariwisata juga bisa dihilangkan, karena mereka sama-sama sebagai pemilik, pengelola dan penikmat hasilnya.
Kabupaten Jembrana, meskipun berada di ujung barat Pulau Bali yang cukup jauh dari pusat pariwisata di Denpasar dan sekitarnya, bukan tidak mungkin akan menjadi daerah tujuan wisata dengan konsep dan keunikan yang dimiliki.
Jika berharap dari wisatawan yang datang lewat Bandara Ngurah Rai terasa sulit karena terbentur jarak, masih ada wisatawan yang melewati jalur darat dan bisa dipastikan melintasi Kabupaten Jembrana lewat Pelabuhan Gilimanuk sebelum ke daerah lain.
"Jika selama ini wisatawan yang lewat jalur darat hanya melintas, kami targetkan mereka akan singgah dan menjadi Kabupaten Jembrana sebagai tujuan utama pariwisata," kata Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata Dan Budaya Jembrana Nyoman Wenten beberapa waktu lalu.(GBI)
Kembangkan pariwisata berbasis masyarakat, Jembrana belajar pada Batu
Sabtu, 28 April 2018 6:39 WIB