Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali membantu petani dalam pengadaan benih kedelai jenis unggul sebanyak 2,8 ton untuk mendorong pengembangan tanaman palawija setelah tanam padi pada 2011.
"Selain benih kedelai, juga membantu pengadaan benih kacang tanah sebanyak 23,6 ton bagi petani yang terhimpun dalam sistem pertanian terintegrasi (simantri), yang pada tahun ini dibangun 100 unit simantri," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan bantuan benih kedelei dan cabang tanah merupakan salah satu upaya mendukung pengembangan tanaman pangan, mengingat petani kurang bergarah mengembangkan tanaman kedelai maupun kacang tanah, padahal kedua komoditi tersebut sangat dibutuhkan.
Melalui pemberian benih jenis unggul, diharapkan petani dapat kedua komoditi tersebut dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harap Ketut Teneng.
Menurut Ketut Teneng, pengembangan simantri untuk tanaman pangan memperoleh kucuran dana dari Pemprov Bali sebesar Rp1,18 miliar.
Dana tersebut diarahkan untuk berbagai kegiatan dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan termasuk sayur mayur. Simantri mensinergikan pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dalam satu kawasan.
Dengan sistem itu diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani, sekaligus menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, tutur Ketut Teneng.
Produksi kedelai di Bali berdasarkan dana Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, selama 2010 mengalami penurunan sebesar 58,92 persen atau sekitar 7.966 ton dibanding tahun sebelumnya.
Berkurangnya produksi itu akibat cuaca yang kurang menguntungkan, disamping petani kurang bergairahkan mengembangkan jenis tanaman palawija serta menurunnya sisa luas tanaman kedele pada akhir 2009 yang mencapai 227 hektare atau 25,9 persen dibanding sisa tanaman tahun sebelumnya.
Dengan demikian produksi kedele tahun 2010 hanya 5.656 ton merosot dibanding tahun 2009 yang mencapai 13.622 ton biji kering. Hal itu akibat petani cenderung memilih menanam komoditi yang cepat dapat dipasarkan secara mudah, namun mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Dengan demikian permintaan matadagangan kedele di Bali selama ini lebih besar dari persediaan yang ada, sehingga harus mendatangkan dari luar Bali.
Peluang tersebut hingga kini belum dimanfaaatkan oleh petani secara maksimal, dengan mengembangkan tanaman bernilai ekonomis tinggi tersebut.(*)