Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar terus memantapkan jalinan kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi seni dan berbagai pihak di mancanegara, sebagai upaya menjadikan lembaga pendidikan tinggi seni itu "go internasional".
"Melalui pengembangan seni budaya Nusantara dan jalinan kerja sama antarnegara diharapkan mampu meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S di Denpasar Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya sudah berhasil menandatangani naskah kerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan tinggi seni di mancanegara, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri dan lembaga internasional lainnya.
Penandatangan naskah kerja sama terakhir dilakukan dengan University of Western Australia (UWA) pada akhir Februari 2011 yang sepakat untuk saling mengisi guna menyempurnakan proses belajar negajar bagi lembaga pendidikan tinggi masing-masing.
Sebanyak 19 mahasiswa lembaga pendidikan tinggi seni negeri Kangguru (UWA) yang didampingi Prof Paul Trinidad kini mengikuti proses belajar mengajar di ISI Denpasar selama tiga minggu.
"Semua itu diharapkan menjadi kunci sukses dalam mengembangkan seni budaya Nusantara, sekaligus menjadikan ISI Denpasar mendunia," harap Prof Rai.
Kerja sama yang dirintis ISI Denpasar selama ini, selain dengan UWA juga dengan Tokyo University of the Arts (TUA) Jepang, tiga lembaga pendidikan tinggi di Thailand, Malaysia dan sejumlah lembaga pendidikan tinggi di kawasan ASEAN lainnya.
Dari kerja sama perguruan tinggi antarnegara itu, termasuk diantaranya menyangkut program pertukaran mahasiswa, di mana ISI Denpasar menerima mahasiswa dari mancanegara dan sebaliknya mahasiswa ISI Denpasar belajar ke sejumlah perguruan tinggi di luar negeri selama dua hingga empat semester.
Dengan demikian menurut Prof Rai, mahasiswa ISI Denpasar yang ikut ambil bagian dalam program pertukaran mahasiswa dengan sejumlah perguruan tinggi seni di mancanegara akan memperoleh dua izasah, setelah menyelesaikan pendidikan di lembaga pendidikan tinggi seni tersebut.
Satu izasah dari ISI Denpasar dan satunya lagi dari perguruan tinggi yang menjadi mitra kerja sama, tempat mahasiswa tersebut mengikuti kuliah pertukaran mahasiswa di luar negeri.
Prof Rai menjelaskan, alumnus ISI Denpasar yang memiliki ijazah ganda diharapkan mampu memenangkan persaingan dalam merebut peluang kerja di dalam dan luar negeri.
"Kalau bekerja di Indonesia, izasah ISI Denpasar yang digunakan, dan kalau bekerja di luar negeri izasah dari lembaga pendidikan tinggi seni tempatnya kuliah dapat dipergunakan," ujarnya.(*)