"Saya juga akan mengajak mereka `mebat` (masak) bersama," kata Suwirta di GOR Swecapura Klungkung, Minggu.
Menurut Suwirta, rencana tersebut telah disampaikan kepada para pengungsi dan berkoordinasi dengan petugas setempat untuk menyediakan kebutuhan "megibung" dan "mebat" tersebut.
Tradisi tersebut rencananya akan digelar sehari menjelang Hari Raya Galungan yang jatuh pada Rabu (1/11).
Upaya itu dilakukan, lanjut dia, agar para pengungsi merasakan suasana hari besar keagamaan seperti layaknya di kampung halaman meski kondisi saat ini berada di pos pengungsian.
Tradisi "megibung" merupakan tradisi khas masyarakat Karangasem ketika mengadakan hajatan besar atau saat mengadakan kegiatan keagamaan.
"Megibung" merupakan kegiatan makan yang dilakukan oleh banyak orang dalam satu wadah tanpa ada rasa canggung layaknya makan bersama keluarga.
Sedangkan "mebat" merupakan tradisi masak bersama yang biasanya dilakukan oleh para pria untuk membuat sejumlah menu makanan tradisional khas Bali seperti sate hingga "lawar" atau masakan berupa campuran sayur-sayuran dan daging yang cincang dengan bumbu khas Pulau Dewata.
Kedua tradisi tersebut, kata Suwirta, diharapkan lebih mendekatkan tali silaturahmi termasuk sebagai ajang tukar pendapat antarsesama warga.
Bupati kelahiran Nusa Ceningan di Pulau Nusa Penida Klungkung itu juga melibatkan para pengungsi dari Kabupaten Karangasem itu dalam kegiatan Pekan Olahraga Kecamatan (Porcam) yang digelar di arena GOR Swecapura.
"Ada beberapa cabang tradisional akan kami pertandingankan dan itu akan kami melibatkan juga mereka," imbuhnya.
Data BPBD Klungkung menyebutkan hingga Sabtu (21/10) jumlah pengungsi yang ditampung di GOR Swecapura mencapai 1.541 orang.
Sedangkan total jumlah pengungsi Gunung Agung mencapai 133.296 orang tersebar di 390 titik pengungsian di seluruh Bali. (Dwa)