Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 25 pelukis mengikuti lomba "Body Painting" atau melukis tubuh di ajang "Pesona Mandiri Nusa Dua Fiesta (NDF) 2017" di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Bali.
Dewan Juri Lomba "Body Painting" Made Yasana, di Nusa Dua, Bali, Sabtu malam mengatakan dalam lomba melukis di tubuh seorang model memang menarik perhatian warga masyarakat maupun wisatawan yang kebetulan berlibur di Pulau Dewata.
"Kegiatan melukis tubuh dengan model bule atau orang asing jarang ditemui di Indonesia, hanya di Bali saja. Karena kesan tersebut sebagian besar memandang itu pornografi. Padahal sesungguhnya tidaklah persepsinya seperti itu. Melukis tubuh salah satu bentuk `media/kanvas` dalam menuangkan ide kreatif para seniman lukis tersebut," ujarnya.
Ia mengatakan dalam mencari model turis asing atau bule, tidaklah mudah. Syukur kegiatan di NDF bisa mendatangkan relawan asing yang tubuhnya siap ditorehkan warna oleh seniman lukis itu.
"Kami mendapatkan model bule ini adalah relawan dari perguruan tinggi yang kebetulan mereka kuliah di Universitas Udayana dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Mereka hampir semuanya siap mempromosikan lukisan di tubuh mereka," ucapnya.
Made Yasana mengatakan tema dalam lukisan pada ajang NDF kali ini adalah lingkungan alam dan keindahan biota laut. Dengan tema tersebut para pelukis secara bebas menuangkan ide dan gagasannya untuk menghasilkan karya indah ditonton pengunjung dalam ajang tahunan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC).
"Para pelukis yang berasal dari Bali dan mancanegara tersebut secara bebas menuangkan ide dan imajinasinya ke dalam lukisan tubuh tersebut," ujar mantan dosen ISI Denpasar itu.
Made Yasana lebih lanjut menjelaskan kreteria penilaian dalam lomba ini, antara lain, keserasian gambar, perpaduan warna, mampu menampilkan tiga dimensi (3D), berpedoman pada tema, ketepatan waktu, dan lainnya.
"Pemenang tersebut nantinya tidak pada model yang digambar saja, tetapi pelukis pun mendapat penghargaan atas karya lukisan yang mereka buat," ucap pria asal Tampaksiring, Kabupaten Gianyar itu.
Oleh karena itu, kata dia, para pelukis sebelum menorehkan warna di atas `kanvas tubuh model` sudah merancang idenya, sehingga kreteria ketepatan waktu selama 2,5 jam harus selesai melukis itu.
"Kami memang membatasi waktu, dengan harapannya ide tersebut yang dituangkan dalam kanvas model tersebut mengalir sampai tuntas. Biasanya kalau seniman semakin lama diberikan kepuasannya makin berubah, sehingga kepingin juga merubahnya. Dengan waktu terbatas itulah mereka dikejar agar lukisannya tuntas semuanya," katanya. (WDY)