Denpasar (ANTARA) - Praktik body painting atau seni melukis tubuh mahasiswa diikuti puluhan mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar untuk mengasah kemampuan melukis sekaligus mempererat tali persaudaraan antarmahasiswa.
"Kegiatan workshop dan praktik body painting ini merupakan rangkaian Pameran Evaluasi Pembelajaran yang telah digelar pada 16 Agustus 2019 di Denpasar Art Space. Praktik ini diikuti mahasiswa semester IV Jurusan Seni Rupa Murni," kata Ketua Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar, Gunawan, di sela-sela workshop tersebut, di kampus setempat, di Denpasar, Kamis.
Pihaknya berharap dari kegiatan tersebut sekaligus mempererat tali persaudaraan antarmahasiswa karena model yang digunakan adalah mahasiswi hampir dari semua jurusan yang ada di kampus seni negeri di bilangan Nusa Indah, Denpasar itu.
Baca juga: ISI: lelucon kesenian Bali jangan lecehkan seni sakral
Pada kesempatan yang sama, dosen Seni Rupa Murni, Nengah Wirakesuma menambahkan, yang terpenting dari workshop ini adalah merevolusi mental mahasiswa agar terbiasa berhadapan dengan model yang berlawanan jenis kelamin.
"Tujuan utama kita agar mahasiswa terbiasa dengan profesi lukis tubuh ini, sehingga tidak ada getaran, grogi atau rasa canggung ketika melukis model yang berbeda jenis kelamin," ujar Wirakesuma.
Body painting, kata dia, jangan dikaitkan dengan pornografi, karena dunia seni memiliki pandangan berbeda.
Ia mencontohkan relief-relief Kamasutra pada candi-candi Hindu yang dengan jelas menggambarkan hubungan seksual, namun esensi relief tersebut adalah pendidikan seks yang baik.
Baca juga: Rektor ISI: pelindungan tari sakral perlu disosialisasikan
Demikian pula para mahasiswa yang notabene calon seniman body painting, diyakini akan bekerja secara profesional. Walaupun mereka harus melukis pada tubuh model yang relatif menarik karena mental mahasiswanya sudah teruji melalui praktik.
Ngurah Gde Surya Buana, narasumber workshop menambahkan, bagian yang dilukis oleh mahasiswa adalah dari perut ke atas, tangan dan wajah.
"Praktik ini menjadi tantangan besar bagi mahasiswa, sebab selama ini mereka terbiasa melukis dengan media kanvas. Mereka harus mengubah sesuatu yang telah indah menjadi lebih indah lagi," kata Surya Buana.
Sedangkan bahan untuk mewarnai dipilih cat tembok karena mengandung laktesis tinggi agar mudah mengelupas serta pigmen sablon yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia.