Film berbasis sejarah perjalanan bangsa dalam format dokumenter drama ini sempat menjadi film wajib putar tiap 30 September malam mulai paruh kedua dasawarsa '80-an, saat Orde Baru berkuasa.
Sejak reformasi, keadaan itu tidak terjadi lagi.
Kali ini, bukan pemerintah yang mewajibkan film ini diputar, melainkan Nurmantyo, kepada jajarannya dengan mengajak masyarakat sekitar.
Perintah untuk jajaran TNI itu menuai kontroversi di kalangan sipil, ada yang pro dan kontra.
Saat pemutaran Penumpasan Pemberontakan G-30S/PKI berlangsung, Nurmantyo tiba di arena sekitar pukul 23.29 WIB dan langsung bergabung dengan ribuan penonton yang telah hadir sebelumnya.
Sejak pukul 20.00 WIB Jumat malam, di Markas Komando Korem 061/Suryakencana itu digelar pemutaran film ini yang dihadiri Jokowi, dengan Komandan Korem 061/Suryakencana, Kolonel Infantri Mirza Agus, sebagai tuan rumah.
Komandan Kodim 0606/Kota Bogor, Letnan Kolonel Artileri Medan Doddy Suhadiman, Kepala Polresta Bogor Kota, Komisaris Besar Polisi Ulung Sampurna Jaya, dan wakilnya, AKBP Rantau, juga hadir.
Berbeda dengan saat-saat awal film ini ditayankan kepada publik pada masa Orde Baru, kali ini dibuatkan juga versi pendek film itu yang hanya sekitar 1 jam saja. Versi aslinya hampir empat jam tayang.
Penayangan film berdurasi empat jam itu dimulai dari pukul 20.00 WIB.
Agus mengatakan sebelum nonton bareng bersama Jokowi, satuan kewilayahan yang dia pimpin telah memutar penayangan film Penumpasan Pengkhianatan G-30S/PKI dengan versi satu jam.
"Khusus malam ini kami nonton bersama masyarakat, TNI, Polri dan rencana presiden juga akan hadir," kata Agus.
Karena yang ditayangkan film versi empat jam, maka dia mengajak pedagang kaki lima berjualan di lapangan tenis Markas Komando Korem 061/Suryakencana di mana film itu ditayangkan. Jadilah penjaja makanan datang, yang menjajakan berbagai gorengan, batagor, nasi goreng, baso, hingga mie ayam. (WDY)