Denpasar (Antara Bali) - Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Bali mengimbau pimpinan perguruan tinggi swasta untuk meningkatkan pendidikan karakter pada kurikulum, guna menangkal gerakan radikal seperti NII.
"Meningkatkan pendidikan karakter dengan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni UUD'45, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), diharapkan mampu melawan dan menangkal gerakan Negara Islam Indonesia (NII)," kata Ketua Aptisi Bali Prof Gede Sri Darma di Denpasar, Senin.
Hal itu disampaikan Prof Sri Darma di sela-sela sidang istimewa tahunan Aptisi yang digelar di ruang pertemuan Stikes Bali, Denpasar.
Selain itu, tambahnya, tentu untuk mendekteksi gerakan radikal, pihak perguruan tinggi harus terlibat dalam setiap kegiatan mahasiswa.
Selain itu berusaha mengawasi segala aktivitas tersebut. "Kami juga berusaha mengumpulkan komunitas mahasiswa yang ada di kampus dan juga memantau aktivitas mahasiswa di dunia maya," ujarnya.
Dia menyarankan kepada perguruan tinggi untuk selalu memberikan penjelasan tentang pemahaman yang salah terhadap suatu ajaran itu kepada mahasiswanya, karena itu bentuk dari tanggung jawab.
Prof Sri Darma mengatakan, perlu juga ditingkatkan kegiatan mahasiswa yang positif dan menjurus pada bidang akademis untuk menghindari terjadi penyebaran doktri dari ajaran yang menyesatkan.
Sementara Koordinator Kopertis wilayah VIII Prof Nyoman Sucipta mengatakan, pendidikan karakter kebangsaan untuk menumbuhkan sikap cinta Tanah Air dan hidup secara produktif dapat menangkal NII
"Dengan pendidikan tersebut diharapkan masyarakat tidak mudah terjebak dalam pemikiran yang menyimpang dari realitas bahwa Indonesia adalah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika.
Gerakan radikal termasuk gerakan NII yang kini sudah masuk ke sejumlah perguruan tinggi tidak bisa dilawan secara fisik, namun harus dilawan pemikirannya.(*)