IOA merupakan wadah para atlet yang pernah mewakili Indonesia di olimpiade musim panas, atau biasa disebut olimpian.
Menurut dia, perbedaan memang sepantasnya bukan sebuah halangan untuk berprestasi. Untuk itu pihaknya berharap kedepannya tidak ada lagi diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras ataupun golongan (SARA).
Apa yang dilakukan para olimpian, kata dia, merupakan sebuah sebuah kebanggaan sehingga mampu menjadi wakil Indonesia dalam kancah internasional. Selama bertanding, tidak memandang masalah SARA karena tujuan utamanya adalah mencari hasil yang terbaik.
"Untuk itu kami para olimpian menyerukan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa demi sebuah prestasi. Keberagaman menjadi kekuatan termasuk dikancah olahraga" kata mantan atlet renang itu.
IOA terus mendukung atlet-atlet Indonesia berprestasi, tidak hanya di kejuaraan multi event paling bergengsi di dunia, tetapi juga untuk level Asian Games maupun SEA Games.
Indonesia saat ini memang dihadapkan dengan SEA Games 2017 Malaysia dan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, dua kejuaraan yang diharapkan menjadi tolok ukur prestasi atlet Tanah Air karena bisa menjadi jembatan untuk lolos ke Olimpiade.
"Memang saat ini banyak kendala yang dihadapi terutama masalah dana. Secara psikis memang berpengaruh. Tapi kami berharap semangat untuk meraih prestasi jangan kendor. SEA Games 2017 sudah didepan mata," kata pria yang juga aktif di Satlak Prima itu.
Selain mendorong agar atlet Indonesia lebih berprestasi, tak jarang para olimpian yang terjun langsung untuk menangani atlet muda yang kedepannya menjadi tulang punggung bangsa.
Berdasarkan dari IOA, olimpian Indonesia sejak olimpiade pertama berjumlah 274 atlet. Hanya saja beberapa diantaranya sudah meninggal dunia. Owi/Butet menjadi wakil Indonesia terakhir yang merebut medali emas Olimpiade 2016 di Rio De Janeiro, Brasil, lewat nomor ganda campuran cabang olahraga bulu tangkis. (WDY)