Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis tingkat inklusi atau pemanfaatan jasa keuangan di Bali mencapai 85 persen tahun 2019 karena sosialisasi dan edukasi yang gencar termasuk mendorong peningkatan agen keuangan tanpa kantor atau "laku pandai".
"Inklusi tidak hanya diukur dari akses masyarakat ke perbankan tetapi bagaimana mendapat akses dari lembaga keuangan lain seperti lembaga perkreditan desa (LPD) dan koperasi makanya kami optimistis 85 persen inklusi keuangan tercapai 2019," kata Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Zulmi di Denpasar, Minggu.
Zulmi mendorong perbankan di Bali untuk meningkatkan akses keuangan masyarakat salah satunya melalui agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusi atau laku pandai.
Hingga 31 Maret 2017, jumlah agen laku pandai yang dilaksanakan oleh sembilan bank umum di Bali bertambah menjadi 3.667 agen dibandingkan posisi Desember 2016 yang mencapai 3.454 agen.
Berdasarkan daerah, agen laku pandai terbanyak berada di Denpasar yaitu 862 agen atau meningkat 23 persen dibandingkan Desember 2016 yang mencapai 797 agen.
Selain Denpasar, jumlah agen terbanyak lain di antaranya berada di Badung mencapai 753, Tabanan (632), Gianyar (421) dan Buleleng (378).
Sedangkan jumlah nasabah laku pandai hingga triwulan pertama tahun ini meningkat signifikan mencapai 21.222 nasabah dibandingkan Desember 2016 yang mencapai 15.608 agen.
Jumlah nasabah terbanyak berada di Denpasar mencapai 10.640, Buleleng (5.738) dan Tabanan (4.746 nasabah).
OJK sebelumnya merilis tingkat inklusi keuangan masyarakat di Bali naik dari 71 persen tahun 2013 menjadi 76 persen berdasarkan survei tahun 2016 karena gencarnya sosialisasi dan edukasi bersama lembaga keuangan.
Selain inklusi, literasi keuangan atau pemahaman masyarakat terkait jasa keuangan juga meningkat dari 19,5 persen menjadi 37,45 persen. (WDY)