Jakarta (Antara Bali) - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan
konektivitas Davao di Filipina Selatan dan Bitung di Indonesia merupakan
wujud konkret kemitraan dalam kerangka Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area
(BIMP-EAGA).
BIMP-EAGA adalah kerja sama yang diluncurkan oleh
empat negara anggotanya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di
daerah-daerah dalam kawasan yang secara geografis saling berdekatan
namun jauh dari ibu kota masing-masing negara.
"Peluncuran Ro-Ro
Davao-General Santos-Bitung merupakan implementasi konkret kerja sama
BIMP-EAGA," kata Retno ketika mendampingi Presiden Joko Widodo
menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-30 di Philippine
International Convention Center (PICC), Manila, Sabtu.
Retno mengatakan keterhubungan antara dua daerah di dua negara itu
akan mendukung upaya pengembangan dan pemerataan kesejahteraan.
"Ini
juga menyinergikan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jadi
betul-betul merupakan suatu kerja sama yang sifatnya sangat konkret,"
kata Retno.
Di Filipina, Presiden juga menghadiri pertemuan kerja sama sub regional ASEAN
yakni KTT BIMP-EAGA ke-12 dan KTT Indonesia Malaysia Thailand Growth
Triangle (IMT-GT) ke-10.
Pertemuan BIMP-EAGA yang dihadiri oleh
Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Presiden Jokowi, Perdana
Menteri Malaysia Najib Razak, dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte
menyepakati dokumen BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025.
Dokumen itu, Retno menjelaskan, akan menjadi panduan dan arah kerja
sama BIMP-EAGA sampai tahun 2025. BIMP-EAGA, ia melanjutkan, akan
menjadi blok bangunan bagi penguatan kerja sama ASEAN.
"Karena ini sangat dekat dengan rakyat di wilayah-wilayah perbatasan terutama, oleh karena itu building block ini akan sangat mendukung kerja sama ASEAN, termasuk di antaranya dalam konteks ASEAN Community," kata Retno.
Retno juga mengatakan Presiden Joko Widodo dalam forum tersebut
menyampaikan bahwa BEV 2025 akan mendorong peningkatan proyek investasi
pada dua koridor ekonomi yang ada yaitu West Borneo dan Greater
Sulu-Sulawesi.
Retno menambahkan bahwa Indonesia telah memasukkan 16 proyek
infrastruktur dalam dokumen tersebut, antara lain pembangunan jalan di
Tanjung Selor, Pontianak, Entikong, Manado-Bitung, dan
Balikpapan-Samarinda; proyek pembangunan rel kereta api Makassar -
Pare-pare; pembangunan pelabuhan Manado, Bitung, Makassar; pembangunan
terminal internasional di Kalimantan Barat; dan juga proyek tenaga
listrik di Kalimantan Utara.
"Kita melihat bahwa kerja sama ini sangat potensial. Karena
pertumbuhan ekonomi di wilayah ini misalnya rata-rata per tahun itu
tumbuhnya 6,4 persen, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ASEAN 4,7
persen," ucap Retno. (WDY)
Menlu: Konektivitas Davao-Bitung Wujud Kemitraan BIMP-EAGA
Minggu, 30 April 2017 15:12 WIB