Jakarta (Antara Bali) - Para peretas merilis rangkaian dokumen dan
berkas yang mengungkapkan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA)
memiliki akses ke sistem pesan antarbank SWIFT sehingga badan intelijen
ini bisa memonitor lalu lintas uang oleh bank-bank Timur Tengah dan
Amerika Latin.
Rilis dokumen itu juga termasuk kode komputer yang
bisa dicaplok para penjahat untuk menjebol server-server SWIFT dan
memonitor aktivitas pesan antarbank, kata Shane Shook, konsultan
keamanan siber yang membantu bank-bank menyelidiki pembobolan sistem
SWIFT milik mereka.
Rangkaian dokumen dan berkas itu dirilis oleh kelompok peretas menamakan diri The Shadow Brokers.
Shook
mengatakan para peretas jahat bisa menggunakan informasi yang dirilis
Jumat waktu setempat itu untuk membobol bank-bank dan merampok uang
seperti sebuah operasi peretasan tahun lalu terhadap bank sentral
Bangladesh yang membuat 81 juta dolar AS raib.
Sistem pesan SWIFT
lazim digunakan bank-bank seluruh dunia untuk mentransfer triliunan
dolar AS per hari. SWIFT yang berbasis di Belgia menganggap remeh risiko
serangan terhadap kode komputer yang dirilis para peretas Jumat waktu
setempat itu.
SWIFT mengaku secara reguler merilis pembaruan
keamanan dan mengeluarkan instruksi kepada bank-bank yang menjadi
kliennya mengenai bagaimana menghadapi ancaman.
SWIFT menyatakan
tidak ada bukti jejaring utamanya telah diakses tampa otorisasi lembaga
ini. Sebaliknya SWIFT mengatakan mungkin saja sistem SWIFT beberapa bank
kliennya telah dibobol peretas.
Ketika pencuri siber merampok
Bank Bangladesh tahun lalu, mereka membobol jejaring SWIFT lokal bank
itu untuk meminta transfer uang dari akun-akun milik bank itu di Federal
Reserve New York.
Rangkaian dokumen yang dirilis oleh Shadow
Brokers Jumat waktu setempat itu mengindikasikan NSA mungkin telah
mengakses jejaring SWIFT melalui biro-biro pelayanannya.
Biro
layanan SWIFT adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan titik akses
ke sistem SWIFT untuk klien-klien kecil jejaring ini dan bisa mengirim
atau menerima pesan menyangkut transfer uang atas nama mereka.
"Jika
Anda meretas biro layanan itu, maka artinya Anda juga punya akses ke
semua klien mereka, semua bank," kata Matt Suiche, pendiri perusahaan
keamanan siber Comae Technologies yang berbasis di Uni Emirat Arab yang
mempelajari rilis data oleh Shadow Broker dan meyakini bahwa kelompok
peretas ini punya akses ke sistem file NSA.
Dokumen-dokumen yang
diposting Shadow Brokers itu meliputi file-file Excel yang terdaftar
pada komputer-komputer di sebuah jejaring biro layanan, rangkaian username, password dan data lainnya, kata Suiche.
"Itu adalah jenis informasi yang hanya bisa Anda dapatkan jika Anda membobol sistem itu," sambung dia. (WDY)
Ternyata Selama Ini Intelijen AS Memonitor Transfer Bank Seluruh Dunia
Sabtu, 15 April 2017 19:51 WIB