Jakarta (Antara Bali) - Profesi yang membutuhkan kreativitas, menurut
pakar kejiwaan rentan mengalami gangguan bipolar, terutama saat dalam
periode manik.
"Sudah banyak buktinya, seperti pelukis Van Gogh yang diyakini
mengidap gangguan bipolar," kata Ketua Persatuan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) cabang DKI Jakarta dr Nova Riyanti
Yusuf SpKJ di Jakarta, Kamis.
Dalam seminar mengenai Gangguan Bipolar VS Gaya Hidup Modern dalam
rangka Hari Bipolar Sedunia, Nova mengatakan, bipolar adalah gangguan
perubahan mood yang sangat dramatis dari mood yang meningkat atau disebut manik/hipomanik, menjadi mood yang sangat menurun atau depresi.
Saat dalam periode manik yaitu ditandai dengan gejala perilaku yang
tidak biasanya terkadang berlebihan misalnya menjadi lebih konsumtif
sampai pada tahap tidak terkendali, bahkan merasa tidak butuh tidur.
Pada saat manik juga muncul ide-ide yang mungkin tidak akan
terpikirkan saat dalam periode normal. Ide yang muncul juga
melompat-lompat dari satu ide ke ide lain. Di sinilah timbulnya
kreativitas.
Begitu juga pada saat periode depresi, kreativitas juga bisa muncul
namun dalam hal yang negatif seperti misalnya lebih kreatif ide untuk
bunuh diri.
Kepala Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
dr AAA Agung Kusumawardhani mengatakan sebetulnya semua profesi bisa
berpeluang mengalami gangguan bipolar.
"Semua profesi ada peluang tapi kalau dilihat lebih banyak
orang-orang pengidap gangguan bipolar yang bekerja dibidang kreatif,"
kata Agung.
Dari beberapa pasien yang ditangani Agung, penderita gangguan
bipolar lebih banyak pada kelompok dengan edukasi dan pendapatan tinggi. (WDY)
Profesi yang Rentan Gangguan Bipolar
Jumat, 31 Maret 2017 7:36 WIB