Singaraja (Antara Bali) - Kalangan warga di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, melestarikan tradisi "Nyakan Diwang" atau memasak di pinggir jalan pada Hari "Ngembak Geni" sehari setelah hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939.
"Dari tahun ke tahun, tradisi ini terus kami jaga sebagai warisan leluhur yang sudah sejak ratusan tahun terlaksana," kata Made Asmara, salah satu warga di daerah itu, Rabu.
Tahun ini, serasa berbeda, karena dapat berkumpul dengan keluarga ketika bertepatan dengan Hari Raya Nyepi dan dalam waktu dekat mempersiapkan perayaan Galungan.
Ia menambahkan, tradisi "nyakan diwang" itu bisa saja dinilai sebagai upaya memperekat hubungan antarkeluarga dan antartetangga karena disana terjadi interaksi satu sama lainnya.
Secara filosofis, tradisi tersebut adalah wujud "menyama braya" atau menjalin hubungan persaudaraan antarsesama, karena ketika memasak di jalan terjalin rasa harmonis antartetangga dan masyarakat satu desa.
"Ketika bersama-sama memasak di pinggir jalan akan muncul suasana kebersamaan, di mana antara satu orang dengan lain saling tegur sapa setelah sehari sebelumnya melakukan brata/pertapaan di rumah masing-masing," kata dia.
Suasana yang timbul ketika memasak di pinggir jalan adalah kebersamaan menikmati hidangan yang sudah dimasak bersama-sama, tentu dengan bahan alami dan tidak menggunakan kompor atau sejenisnya.
"Semua serba alami. Kami pakai kayu bakar biasa supaya lebih tradisional. Jenis makanan yang dimasak beraneka ragam, mulai dari nasi, lauk pauk dan lain-lainnya sembari bertegur sapa dan bercengkrama dengan warga lainnya," paparnya. (WDY)