Denpasar (Antara Bali) - Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa, mengkhawatirkan merebaknya kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS) atau Meningitis Babi di sejumlah daerah di Pulau Dewata akan mempengaruhi omzet pedangan dan peternak.
"Saya mengkhawatirkan apabila hal ini terus terjadi akan mematikan omzet pedagang dan peternak babi yang ada di Bali," kata Ketua GUPBI Bali Ketut Hari Suyasa, di Denpasar, Senin.
Ia mengharapkan, pemerintah melakukan upaya penanggulangan, penyuluhan dan sosialisasi yang tepat kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak dibuat panik dengan kasus ini.
Pihaknya juga mengimbau kepada peternak babi, agar hewan yang sakit tidak diposting dan apabila babi itu mati mendadak agar tidak menjual kepada konsumen.
"Saya juga mengharapkan kepada peternak untuk memperhatikan kebersihan kandang dan kesehatan hewan yang akan dikonsumsi untuk masyarakat," ujarnya.
Secara umum, untuk penjualan babi belum berpengaruh signifikan dengan adanya isu tersebut. Namun, apabila isu ini tidak segera di redam, pihaknya mengkhawatirkan akan mematikan peternak dimana dalam waktu dekat masyarkat Bali akan melaksanakan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Hal berbeda dikatakan, Sekretaris GUPBI Bali, Sujendra yang meniliai adanya isu bakteri tersebut belum berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan babi.
"Untuk harga babi yang masih hidup cenderung normal kisaran harga Rp26 ribu hingga Rp27 ribu per kilogram," ujarnya.
Menurut dia, penyebab maraknya kasus ini disebabkan cara pengolahan makanan tersebut kurang baik, sehingga ia mengimbau masyarakat untuk pengolahan daging itu secara higienis. (WDY)
GUPBI Khawatirkan Meningitis Babi Pengaruhi Omzet Peternak
Selasa, 14 Maret 2017 7:19 WIB