Nusa Dua (Antara Bali) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mendorong pembangunan bandara baru yang rencananya dibangun di kawasan Bali utara karena Bandara Ngurah Rai hanya dilengkapi satu landasan pacu sehingga lalu lintas penerbangan sangat padat.
"Bali adalah model pariwisata Indonesia, `benchmark`(standar ukur) pariwisata, tetapi di Bali hanya ada satu `runway` bandaranya dan itu adanya di Bali selatan," katanya usai menjadi pembicara dalam "Regional Investment Forum 2017" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Presiden Joko Widodo, lanjut Arief, saat ini tengah gencar melakukan pemerataan pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
"Tidak adil rasanya jika terlalu fokus di Bali selatan," ucapnya.
Untuk investasi, Arief mengusulkan investor asing dapat menanamkan modalnya untuk membangun bandara yang digadang-gadang memiliki dua landasan pacu di Bali utara itu.
Namun ia menekankan agar investasi tersebut dikerjasamakan dengan investor dalam negeri, khususnya BUMN, misalnya Angkasa Pura I Indonesia Timur, yang menjadi "leading sector".
Terkait dengan hal tersebut, Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah menunggu hasil presentasi dari dua investor untuk bisa diberikan izin lokasi untuk pelaksanaan pembangunan.
"Investor sudah ada dua, yakni dalam dan luar negeri dan akan kami bagi dengan BUMN karena tidak mungkin investor luar negeri bisa menguasai pembangunan infrastruktur di Bali," katanya.
Sudikerta menjelaskan bahwa investor tersebut, yakni Angkasa Pura dan Airport Kinesis dari Kanada dengan rencananya konsep bandara dibangun di tengah laut agar tidak banyak mengambil lahan produktif.
Untuk menunjang pembangunan bandara tersebut Sudikerta mengatakan bahwa telah dirancang pembangunan infrastruktur tol yang tembus langsung ke Bali utara dan rencana pembangunan wisata marina dan wisata spiritual di Buleleng barat. (WDY)