Jakarta (Antara Bali) - Peneliti dari Universitas Gadjah Mada Nugroho Imam Setiawan berhasil tiba di Antartika pada Jumat (23/12) untuk meneliti kondisi geologi benua paling selatan bumi tersebut bersama tim ekspedisi penelitian Antartika Jepang.
Keterangan dari UGM yang diterima di Jakarta, Rabu, menyebutkan Nugroho, pengajar di Departemen Teknik Geologi UGM yang terpilih mengikuti kegiatan penelitian masa depan planet bumi di Antartika tiba di benua tersebut dengan menggunakan kapal ekspedisi Shirase.
"Kondisi di luar kapal sangat dingin dengan suhu rata-rata minus lima derajat celcius. Alhamdullilah tidak ada badai dan kami sudah tidak bisa lagi menjumpai malam hari karena matahari selalu bersinar 24 jam," papar Nugroho dalam surat elektronik yang dikirimkan kepada UGM.
Ia menambahkan kapal Shirase dilengkapi teknologi memecah es sehingga jalur pelayaran di atas es menjadi lautan terbuka selebar tubuh kapal.
Hal ini dimanfaatkan rombongan penguin berspesies Adelie untuk mencari ikan di sepanjang jejak yang ditinggalkan oleh Shirase. Akibatnya, bagian belakang kapal menjadi tempat berkumpul para penguin.
Nugroho menjelaskan dari tempat kapal berhenti ke arah tenggara terlihat Pantai Soya di Timur Laut Antartika yang tertutup lapisan es tebal dengan morfologi pegunungan.
Bagian atas dari pegunungan tersebut tidak tertutup salju sehingga struktur batuan metamorfik yang tampak berlapis sangat jelas terlihat menggunakan teropong dan kamera berlensa panjang.
Struktur batuan tersebut merupakan bagian dari penelitian geologi yang akan dilakukan di Antartika.
"Pegunungan ini diberi nama Langhovde yang merupakan nama Norwegia berdasarkan negara penemu pertama kali yang berarti kepala panjang," urainya.
Nugroho menerangkan tim peneliti Biologi Daratan akan memasang sensor gerak dan kamera pada 20 anjing laut spesies Weddel Seal yang terdiri atas 15 betina dan 5 jantan guna meneliti habitat dan aktivitas hidup mereka.
Tim tersebut mengadakan pemilihan suara guna memberikan nama bagi 20 anjing laut tersebut.
"Dari dua nama yang saya usulkan hanya satu nama untuk betina yaitu GAMA dari GAdjah MAda yang terpilih dalam 10 besar untuk nama salah satu anjing laut betina yang menjadi target penelitian," katanya.
Kegiatan lapangan tahap pertama dari tim geologi dalam ekspedisi ini, kata Nugroho, dilakukan selama 41 hari mulai 27 Desember hingga 5 Februari 2017.
Nugroho merupakan satu-satunya anggota tim ekspedisi yang berasal dari kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam JARE 58 setelah melalui seleksi wawancara dan rekomendasi bersama dua peneliti lain dari Mongolia dan Srilanka. (WDY)