Denpasar (Antara Bali) - Andil subsektor hortikultura (NTP-H) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Bali sebesar 106,26 persen pada bulan November 2016, naik 0,20 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 106,05 persen.

"Kenaikan tersebut berkat terjadinya indeks yang diterima petani (lt) meningkat sebesar 0,52 persen dan indeks harga yang harus dibayar oleh petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, kenaikan yang terjadi pada indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh naiknya harga kelompok komoditas sayur mayur sebesar 3,62 persen.

Kelompok buah-buahan menurun 1,07 persen dan tanaman obat juga menurun 1,53 persen.

Adi Nugroho menambahkan, beberapa komoditas yang memberikan andil naiknya indeks yang diterima petani antara lain cabai merah, salak, cabai rawit, bawang merah dan kol/kubis.

Sementara itu indeks harga yang harus dibayar oleh petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga 0,41 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,06 persen.

I Wayan Ada, seorang petani sayur mayur di Desa Candikuning, Bedugul Kabupaten Tabanan mengaku di tengah tingginya intensitas curah hujan mengaku menikmati keuntungan seiring meningkatnya harga jual sejumlah komoditas sayur.

Padahal di tengah guyuran hujan deras yang melanda Bali dalam beberapa hari belakangan ini bisa menimbulkan resiko gagal panen tanaman sayur mayur.

Oleh sebab itu kondisi cuaca hujan deras yang terjadi belakangan ini kurang menguntungkan untuk menghasilkan produksi sayur yang berkualitas baik.

Akibat hujan deras secara terus menerus itu pula petani harus mengeluarkan dana lebih biaya perawatan.

"Berbeda dengan musim kemarau, musim hujan ini perlakuan tanaman agak lebih berat. Sebab, tanaman sayur mayur sangat rentan mengalami kebusukan pada musim hujan ketimbang musim kemarau," ujar Made Ada yang dibenarkan oleh rekannya Made Puger.

Meskipun mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan dalam musim hujan, namun masih bisa memperoleh keuntungan dari usaha budidaya sayur di musim hujan, ujar Wayan Ada.

Harga sayur mayur di tingkat petani belakangan ini meningkat, untuk jenis

daun bawang pre misalnya mencapai Rp8.000-Rp9.000 per kilogram padahal sebelumnya hanya Rp 3.000-Rp 4.000 per kg.

Begitu pula harga kentang yang sebelumnya berada dikisaran Rp 6.000 per kg ditingkat petani, kini naik menjadi Rp 9.000 per kg.

Adi Nugroho menjelaskan, subsektor hortikultura merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas dua mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.

Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain subsektor hortikultura juga tanaman perkebunan rakyat 1,06 persen, sektor perikanan 0,38 persen serta

dua subsektor yang turan meliputi tanaman pangan 0,37 persen dan subsektor peternakan 0,80 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016