Denpasar (Antara Bali) - Andil subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali sebesar 105,46 persen pada bulan Agustus 2016, menurun 1,53 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 107.10 persen.
"Secara umum menurunnya NTP tanaman perkebunan tersebut dipicu oleh indeks yang diterima petani (lt) merosot 1,36 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas turunya indeks yang diterima petani antara lain kelapa, kakao, biji jambu mete, kopi dan kapas.
Kenaikan indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,22 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,02 persen.
Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Buleleng, Bali Ketut Nerda dalam kesempatan terpisah menjelaskan, pihaknya memprioritaskan pengembangan tujuh komoditas unggulan perkebunan sebagai upaya meningkatkan produktivitas petani.
Ketujuh komoditas unggulan tersebut meliputi kopi robusta, kopi arabika, cengkeh, tembakau virginia, kelapa dalam, kakao dan jambu mete. Luas lahan perkebunan ketujuh komoditas tersebut mencapai 33.000 hektare tersebar di sembilan kecamatan.
Produksi pada 2015 hanya naik sebesar 17,29 persen saja dari produksi 2014 dengan nilai penjualan turun sebesar 4,21 persen, karena produksi cengkeh 2015 turun sebanyak 363,36 ton atau 6,89 persen dari produksi pada 2014.
Sedangkan tahun 2014 produksi tersebut naik sebesar 30,11 persen dari produksi pada 2013 dengan nilai penjualan naik sebesar 90,55 persen.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas dua subsektor mengalami kenaikan dan tiga subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor perkebunan juga hortikultura 0,82 persen dan subsektor perikanan 0,94 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor tanaman pangan sebesar 0,66 persen dan subsektor peternakan 1,24 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Secara umum menurunnya NTP tanaman perkebunan tersebut dipicu oleh indeks yang diterima petani (lt) merosot 1,36 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas turunya indeks yang diterima petani antara lain kelapa, kakao, biji jambu mete, kopi dan kapas.
Kenaikan indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,22 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,02 persen.
Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Buleleng, Bali Ketut Nerda dalam kesempatan terpisah menjelaskan, pihaknya memprioritaskan pengembangan tujuh komoditas unggulan perkebunan sebagai upaya meningkatkan produktivitas petani.
Ketujuh komoditas unggulan tersebut meliputi kopi robusta, kopi arabika, cengkeh, tembakau virginia, kelapa dalam, kakao dan jambu mete. Luas lahan perkebunan ketujuh komoditas tersebut mencapai 33.000 hektare tersebar di sembilan kecamatan.
Produksi pada 2015 hanya naik sebesar 17,29 persen saja dari produksi 2014 dengan nilai penjualan turun sebesar 4,21 persen, karena produksi cengkeh 2015 turun sebanyak 363,36 ton atau 6,89 persen dari produksi pada 2014.
Sedangkan tahun 2014 produksi tersebut naik sebesar 30,11 persen dari produksi pada 2013 dengan nilai penjualan naik sebesar 90,55 persen.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas dua subsektor mengalami kenaikan dan tiga subsektor mengalami penurunan.
Ketiga subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor perkebunan juga hortikultura 0,82 persen dan subsektor perikanan 0,94 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor tanaman pangan sebesar 0,66 persen dan subsektor peternakan 1,24 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016