Denpasar (Antara Bali) - Subsektor hortikultura (NTP-H) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Bali perannya meningkat sebesar 0,30 persen dari 105,03 persen pada bulan April 2016 menjadi 105,34 persen pada bulan Mei 2016.

"Kenaikan tersebut berkat indeks yang diterima petani (lt) meningkat sebesar 0,28 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar petani (lb) mengalami penurunan sebesar 0,12 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, kenaikan yang terjadi pada indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh meningkatnya harga aneka jenis buah-buahan yang mencapai 1,09 persen, meskipun kelompok sayur mayur menurun sebesar 1,22 persen dan tanaman obat juga menurun 2,72 persen.

Beberapa jenis komoditas yang memberikan andil kenaikan pada indeks yang diterima petani antara lain salak, durian, kol (kubis), rambutan, kacang panjang dan pisang.

Adi Nugroho menambahkan, penurunan yang terjadi pada indeks harga yang harus dibayar petani akibat turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,11 persen sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik 0,26 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, subsektor hortikultura merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan nilai tukar petani Bali. Dari kelima subsektor tersebut seluruhnya mengalami peningkatan.

Dengan demikian satupun subsektor di Bali dalam membentuk NTP tidak ada yang mengalami penurunan.

Empat subsektor selain hortikultura adalah subsektor peternakan naik 0,80 persen, subsektor perikanan 1,23 persen, subsektor tanaman perkebunan 2,66 persen dan subsektor tanaman pangan naik 0,77 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016