Denpasar (Antara Bali) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) meminta pemerintah mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit mengingat suku bunga acuan atau "BI Rate" telah turun.
"Kami minta agar suku bunga bank untuk kredit turun," kata Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia, ditemui dalam Forum Hipmi di Sanur Denpasar, Jumat.
Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi menjadi salah satu bahasan dalam forum yang dihadiri para ketua dan pengusaha muda dari seluruh Indonesia itu.
Menurut dia, ada dua variabel dalam menetukan selisih bunga deposito dan kredit yakni BI rate dan inflasi.
Ia menyebutkan bahwa inflasi yang berada pada kisaran 3-3,7 persen, maka jika bunga deposito sebesar enam persen, maka bunga kredit perbankan maksimal mencapai 9,5 persen.
"Tetapi kenyataannya suku bunga masih di angka 11-12 persen," ucapnya.
Padahal, lanjut dia, suku bunga acuan atau BI Rate telah tiga kali turun masing-masing sebesar 25 basis poin yang kini mencapai 6,75 persen.
Akibatnya, selain berdampak kepada biaya produksi yang masih tinggi, suku bunga yang masih besar juga berdampak terhadap sektor lainnya di antaranya ekspor dan impor karena sektor tersebut mengandalkan modal kerja.
Sehingga dengan suku bunga tinggi salah satunya menyebabkan pengusaha kalah bersaing dengan pengusaha di kawasan regional Asia Tenggara.
Ketua Umum Periode 2015-2018 itu menyebutkan suku bunga perbankan di Indonesia di ASEAN paling tinggi dengan membandingkan suku bunga kredit perbankan seperti di Malaysia yang mencapai tiga persen.
Dalam forum tersebut pihaknya akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan instansi terkait untuk menindaklanjuti kendala tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami minta agar suku bunga bank untuk kredit turun," kata Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia, ditemui dalam Forum Hipmi di Sanur Denpasar, Jumat.
Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi menjadi salah satu bahasan dalam forum yang dihadiri para ketua dan pengusaha muda dari seluruh Indonesia itu.
Menurut dia, ada dua variabel dalam menetukan selisih bunga deposito dan kredit yakni BI rate dan inflasi.
Ia menyebutkan bahwa inflasi yang berada pada kisaran 3-3,7 persen, maka jika bunga deposito sebesar enam persen, maka bunga kredit perbankan maksimal mencapai 9,5 persen.
"Tetapi kenyataannya suku bunga masih di angka 11-12 persen," ucapnya.
Padahal, lanjut dia, suku bunga acuan atau BI Rate telah tiga kali turun masing-masing sebesar 25 basis poin yang kini mencapai 6,75 persen.
Akibatnya, selain berdampak kepada biaya produksi yang masih tinggi, suku bunga yang masih besar juga berdampak terhadap sektor lainnya di antaranya ekspor dan impor karena sektor tersebut mengandalkan modal kerja.
Sehingga dengan suku bunga tinggi salah satunya menyebabkan pengusaha kalah bersaing dengan pengusaha di kawasan regional Asia Tenggara.
Ketua Umum Periode 2015-2018 itu menyebutkan suku bunga perbankan di Indonesia di ASEAN paling tinggi dengan membandingkan suku bunga kredit perbankan seperti di Malaysia yang mencapai tiga persen.
Dalam forum tersebut pihaknya akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan instansi terkait untuk menindaklanjuti kendala tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016