Badung (Antara Bali) - Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Badung, Bali, Ngurah Sutharma mengharapkan pemerintah ikut menurunkan harga suku cadang kendaraan umum agar mengimbangi penurunan biaya operasional angkutan umum.
"Apabila harga komponen atau suku cadang kendaraan ikut turun bersamaan dengan harga bahan bakar minyak yang mengalami penurunan, maka kami siap menurunkan tarif angkutan umum," kata Ngurah Sutharma, di Mangupura, Badung, Sabtu.
Ia menilai, banyak indikator yang harus dipertimbangkan pemerintah dalam menurunkan tarif transportasi yang diwacanakan kurang lebih tiga persen itu, agar pemilik angkutan umum tidak merugi.
Artinya, apabila harga BBM untuk angkutan umum turun setengah dari harga saat ini, menurut dia, tarif angkutan umum sangat cocok untuk disesuaikan mengikuti penurunan harga BBM itu agar terjadi keberimbangan.
Menurut dia, penurunan harga BBM bersubsidi sebesar Rp500 per liter untuk jenis premium yang sebelumnya Rp6.950 menjadi Rp6.450 per liter, dan solar semula Rp5.650 menjadi Rp5.150 per liter, tidak akan menutupi biaya operasional kendaraan angkutan umum itu.
"Penurunan tarif angkutan umum karena menyesuaikan dengan diturunkan harga BBM, perlu dikaji kembali," ujarnya pula.
Ia mengakui, banyak pemilik angkutan umum yang mendapatkan penghasilan tidak menutupi biaya operasional, karena pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus mengalami lonjakan.
"Penumpang yang naik angkutan umum tidak terlalu banyak dan kalau pun tarif angkutan umum diturunkan saya khawatir pemilik angkutan umum akan merugi," katanya lagi.
Karena itu, dia mengharapkan pemerintah mengkaji kebijakan menurunkan tarif angkutan umum sekitar tiga persen agar sama-sama diuntungkan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Apabila harga komponen atau suku cadang kendaraan ikut turun bersamaan dengan harga bahan bakar minyak yang mengalami penurunan, maka kami siap menurunkan tarif angkutan umum," kata Ngurah Sutharma, di Mangupura, Badung, Sabtu.
Ia menilai, banyak indikator yang harus dipertimbangkan pemerintah dalam menurunkan tarif transportasi yang diwacanakan kurang lebih tiga persen itu, agar pemilik angkutan umum tidak merugi.
Artinya, apabila harga BBM untuk angkutan umum turun setengah dari harga saat ini, menurut dia, tarif angkutan umum sangat cocok untuk disesuaikan mengikuti penurunan harga BBM itu agar terjadi keberimbangan.
Menurut dia, penurunan harga BBM bersubsidi sebesar Rp500 per liter untuk jenis premium yang sebelumnya Rp6.950 menjadi Rp6.450 per liter, dan solar semula Rp5.650 menjadi Rp5.150 per liter, tidak akan menutupi biaya operasional kendaraan angkutan umum itu.
"Penurunan tarif angkutan umum karena menyesuaikan dengan diturunkan harga BBM, perlu dikaji kembali," ujarnya pula.
Ia mengakui, banyak pemilik angkutan umum yang mendapatkan penghasilan tidak menutupi biaya operasional, karena pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus mengalami lonjakan.
"Penumpang yang naik angkutan umum tidak terlalu banyak dan kalau pun tarif angkutan umum diturunkan saya khawatir pemilik angkutan umum akan merugi," katanya lagi.
Karena itu, dia mengharapkan pemerintah mengkaji kebijakan menurunkan tarif angkutan umum sekitar tiga persen agar sama-sama diuntungkan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016