Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) dalam pembentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali perannya menurun sebesar 0,75 persen dari 100,63 persen pada Desember 2015 menjadi hanya 99,88 persen pada Januari 2016.

"Menurunnya NTP-Pr itu dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (lt) sebesar 0,04 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho, MM di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih besar yakni 0,80 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang diterima petani antara lain kakao, kelapa, cengkeh dan buah aren (enau).

Pada sisi lain kenaikan pada indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,97 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,18 persen.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran dalam kesempatan terpisah menjelaskan, harga hasil perkebunan yang digeluti petani rata-rata mengalami kenaikan pada akhir tahun 2015 seperti kopi robusta maupun arabika, kakao dan mete naik antara Rp1.000 per kg, sedangkan vanili, tembakau, cengkeh tetap stabil.

Sejumlah harga hasil perkebunan rakyat di Bali mengalami kenaikan, namun angkanya cukup fluktuasi selama periode tahun 2015. Ada pun harga hasil perkebunan rakyat daerah ini seperti kopi arabika jenis OSE WP mencapai Rp61.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp60.000 per kilogram, kopi robusta Rp31.000 per kilogram dari sebelumnya Rp31.000 per kilogram.

Kakao biji Fermentasi Rp36.500 dari sebelumnya Rp34.400 per kilogram, biji non fermentasi Rp32.000 naik dari Rp31.400 per kilogram. Jambu mete biji gelondong biasa naik menjadi Rp14.000 per kilogram, biji gelondong organik Rp17.000 per kilogram.

Cengkeh bunga kering Rp 98.000 per kilogram, gagang kering Rp20.000 per kilogram. vanili polong basah Rp20.000 per kilogram, tembakau Rp 41.000 per kilogram.

Harga kopi yang selama ini menjadi mata dagangan ekspor tampaknya naik mengikuti perkembangan harga internasional di tingkat petani di kabupaten Jembrana, Buleleng maupun di kabupaten Bangli, baik itu jenis arabika maupun robusta.

Kopi arabika Kintamani yang berada di daerah berhawa sejuk itu telah mendapatkan sertifikat IG diharapkan akan semakin bergairah para petani dalam memperluas areal tanamnya dan semakin laku ke pasaran mancanegara.

Adi Nugroho menambahkan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu lagi mengalami peningkatan.

Satu-satunya subsektor yang peranannya meningkat adalah tanaman hortikultura sebesar 1,33 persen. Empat subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor perkebunan juga tanaman pangan 0,68 persen, peternakan 0,48 persen dan subsektor perikanan 0,25 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016