Denpasar (Antara Bali) - Bali mengekspor matadagangan kakao hasil perkebunan setempat senilai 1,1 juta dolar AS selama delapan bulan periode Januari--Agustus 2015 melalui pengapalan sebanyak 151,8 ton.
"Harga rata-rata kakao produksi Bali tampaknya jauh lebih baik sehingga secara volume berkurang 85 persen, namun dalam nilai bertambah 16,63 persen," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Maede Suastika di Denpasar Selasa.
Ia mengatakan, Bali selama periode Januari--Agustus 2014 mengapalkan kakao ke pasaran luar negeri sebanyak 1.059 ton bernilai 978 ribu dolar AS atau rata-rata 0,9 dolar per kg, sedangkan perioda yang sama 2015 tercatat 151,8 ton seharga 1,1 juta dolar atau rata-rata 7,5 dolar per kg.
Bali sebagai daerah pariwisata sangat menguntungkan, karena turis asing yang berlibur di daerah ini ada di antaranya sambil berbisnis. Oleh sebab itu hasil perkebunan rakyat daerah ini diharapkan akan lebih banyak memasuki pasar ekspor seperti vanili, kopi dan jenis komoditas perkebunan lainnya.
Suastika menyatakan, perolehan devisa dari hasil perkebunan rakyat di daerah ini mampu menembus angka 1,2 juta AS selama periode Januari-Agustus 2015, sebanyak 1,1 juta dolar di antaranya hasil perdagangan kakao dan sisanya dari kopi dan vanili dalam jumlah sedikit.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Dewa Made Buana Duwuran mengatakan, ada tiga daerah yang mengembangkan tanaman kakao di daerah ini yakni petani di Kabupaten Tabanan seluas 5.063 hektare, menyusul Jembrana, 3.555 hektar, Buleleng 1.258 hektare sisanya di Kabupaten Badung, Klungkung, Bangli dan Karangasem.
Lancarnya pemasaran sekaligus ekspor hasil perkebunan rakyat itu diharapkan petani akan lebih bergairah untuk memelihara tanamannya sehingga menghasilkan buah yang berkualitas tentu akan memperoleh harga lebih baik di pasaran, ujar Dewa Made Buana.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Harga rata-rata kakao produksi Bali tampaknya jauh lebih baik sehingga secara volume berkurang 85 persen, namun dalam nilai bertambah 16,63 persen," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Maede Suastika di Denpasar Selasa.
Ia mengatakan, Bali selama periode Januari--Agustus 2014 mengapalkan kakao ke pasaran luar negeri sebanyak 1.059 ton bernilai 978 ribu dolar AS atau rata-rata 0,9 dolar per kg, sedangkan perioda yang sama 2015 tercatat 151,8 ton seharga 1,1 juta dolar atau rata-rata 7,5 dolar per kg.
Bali sebagai daerah pariwisata sangat menguntungkan, karena turis asing yang berlibur di daerah ini ada di antaranya sambil berbisnis. Oleh sebab itu hasil perkebunan rakyat daerah ini diharapkan akan lebih banyak memasuki pasar ekspor seperti vanili, kopi dan jenis komoditas perkebunan lainnya.
Suastika menyatakan, perolehan devisa dari hasil perkebunan rakyat di daerah ini mampu menembus angka 1,2 juta AS selama periode Januari-Agustus 2015, sebanyak 1,1 juta dolar di antaranya hasil perdagangan kakao dan sisanya dari kopi dan vanili dalam jumlah sedikit.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Dewa Made Buana Duwuran mengatakan, ada tiga daerah yang mengembangkan tanaman kakao di daerah ini yakni petani di Kabupaten Tabanan seluas 5.063 hektare, menyusul Jembrana, 3.555 hektar, Buleleng 1.258 hektare sisanya di Kabupaten Badung, Klungkung, Bangli dan Karangasem.
Lancarnya pemasaran sekaligus ekspor hasil perkebunan rakyat itu diharapkan petani akan lebih bergairah untuk memelihara tanamannya sehingga menghasilkan buah yang berkualitas tentu akan memperoleh harga lebih baik di pasaran, ujar Dewa Made Buana.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015