Denpasar (Antara Bali) - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Prof Dr. Gusti Ngurah Sudiana menyatakan semua daerah di Pulau Dewata perlu figur pemimpin yang komitmen menjaga kesucian pura dan kawasannya.
"Pemimpin harus konsen pada kearifan lokal, seperti Bhisama (fatwa) PHDI tentang kesucian pura, maupun nilai-nilai lain seperti konsep "Tri Hita Karana" (keseimbangan dan keharmonisan)," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan seorang pemimpin harus komitmen menjaga kelestarian dan kesuciannya, karena kecenderungan investasi yang eksploitatif akan berlomba membangun di kawasan-kawasan suci, karena panorama dari tanah di kawasan suci sangatlah indah dan asri. Tapi, bila tidak dijaga dan dibiarkan seluruhnya terbangun, keasriannya akan sirna, kesuciannya akan tercemar.
Ngurah Sudiana menyatakan hal itu, serangkaian perjalanan spiritual (Tirthayatra) pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Karangasem Wayan Sudirta-Made Sumiati, pada Senin (3/8) di Pura Lempuyang, Pura Silayukti, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah dan Pura Besakih.
Kegiatan perjalanan spiritual dipimpin pemangku atau rohaniawan pura setempat, dimana hadir beberapa sulinggih yang sekaligus memberikan "dharma wacana" (siraman rohani) perihal pentingnya menjadikan politik sebagai pelayanan suci kenegarawanan.
Selain punya tugas melakukan "ngelokapala seraya", rohaniawan wajib membimbing umat termasuk calon pemimpin, agar tetap di jalan "dharma" (kebajikan), seperti yang diajarkan agama. Justru karena dalam prakteknya banyak sekali politikus yang tersangkut masalah, dan politik diasumsikan sangat kotor, kehadiran dan bimbingan rohaniawan sangatlah penting.
Adapun sulinggih yang memberi "dharma wacana" adalah Ida Sira Mpu Dharma Sunu (Pura Lempuyang), Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (Pura Andakasa), Ida Rsi Agni Jayamukti (Pura Silayukti), Ida Mpu Yaksa Dhaksa Manuaba (Pura Goa Lawah), Ida Pedanda Gde Sebali Tianyar Arimbawa (Pura Besakih), didampingi Ida Pandita Mpu Siwa Budha Dhaksa Dharmita, Ida Acharya Agni Yogananda, Ida Pandita Dukuh Sakti Tengahing Pada dan Ida Pandita Mpu Dharma Winata.
Sudiana mengatakan kehadiran calon kepala daerah ke Pura Kahyangan Jagat yang penting, mesti dipandang sebagai bentuk komitmen calon bersangkutan terhadap pentingnya menjaga kesucian pura dan kawasannya. Apalagi kalau yang menjadi calon adalah figur yang konsen membela Dang Kahyangan dan Sad Kahyangan dan kawasan sucinya, seperti diatur dalam Bhisama Parisada tentang Kesucian Pura.
``Upacara Tirthayatra tim dan pasangan kandidat, yakni Pak Sudirta dan Ibu Sumiati, punya makna penting. Parisada dan Sulinggih punya tanggung jawab dan kewajiban moral, untuk memastikan bahwa calon kepala daerah adalah figur yang komit membela kepentingan umat Hindu, termasuk diantaranya Bhisama Parisada tentang Kesucian Pura dan Kawasannya,`` kata Sudiana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Pemimpin harus konsen pada kearifan lokal, seperti Bhisama (fatwa) PHDI tentang kesucian pura, maupun nilai-nilai lain seperti konsep "Tri Hita Karana" (keseimbangan dan keharmonisan)," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan seorang pemimpin harus komitmen menjaga kelestarian dan kesuciannya, karena kecenderungan investasi yang eksploitatif akan berlomba membangun di kawasan-kawasan suci, karena panorama dari tanah di kawasan suci sangatlah indah dan asri. Tapi, bila tidak dijaga dan dibiarkan seluruhnya terbangun, keasriannya akan sirna, kesuciannya akan tercemar.
Ngurah Sudiana menyatakan hal itu, serangkaian perjalanan spiritual (Tirthayatra) pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Karangasem Wayan Sudirta-Made Sumiati, pada Senin (3/8) di Pura Lempuyang, Pura Silayukti, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah dan Pura Besakih.
Kegiatan perjalanan spiritual dipimpin pemangku atau rohaniawan pura setempat, dimana hadir beberapa sulinggih yang sekaligus memberikan "dharma wacana" (siraman rohani) perihal pentingnya menjadikan politik sebagai pelayanan suci kenegarawanan.
Selain punya tugas melakukan "ngelokapala seraya", rohaniawan wajib membimbing umat termasuk calon pemimpin, agar tetap di jalan "dharma" (kebajikan), seperti yang diajarkan agama. Justru karena dalam prakteknya banyak sekali politikus yang tersangkut masalah, dan politik diasumsikan sangat kotor, kehadiran dan bimbingan rohaniawan sangatlah penting.
Adapun sulinggih yang memberi "dharma wacana" adalah Ida Sira Mpu Dharma Sunu (Pura Lempuyang), Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (Pura Andakasa), Ida Rsi Agni Jayamukti (Pura Silayukti), Ida Mpu Yaksa Dhaksa Manuaba (Pura Goa Lawah), Ida Pedanda Gde Sebali Tianyar Arimbawa (Pura Besakih), didampingi Ida Pandita Mpu Siwa Budha Dhaksa Dharmita, Ida Acharya Agni Yogananda, Ida Pandita Dukuh Sakti Tengahing Pada dan Ida Pandita Mpu Dharma Winata.
Sudiana mengatakan kehadiran calon kepala daerah ke Pura Kahyangan Jagat yang penting, mesti dipandang sebagai bentuk komitmen calon bersangkutan terhadap pentingnya menjaga kesucian pura dan kawasannya. Apalagi kalau yang menjadi calon adalah figur yang konsen membela Dang Kahyangan dan Sad Kahyangan dan kawasan sucinya, seperti diatur dalam Bhisama Parisada tentang Kesucian Pura.
``Upacara Tirthayatra tim dan pasangan kandidat, yakni Pak Sudirta dan Ibu Sumiati, punya makna penting. Parisada dan Sulinggih punya tanggung jawab dan kewajiban moral, untuk memastikan bahwa calon kepala daerah adalah figur yang komit membela kepentingan umat Hindu, termasuk diantaranya Bhisama Parisada tentang Kesucian Pura dan Kawasannya,`` kata Sudiana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015