Singaraja  (Antara Bali) - Petani tanaman pangan di Desa Banyuning, Kabupaten Buleleng, Bali mengalami penurunan hasil panen hingga 25 persen akibat banyak biji padi kosong karena kekurangan air.

"Hasil panen kami selalu mengalami penurunan setiap musim kemarau," kata Made Ardana, salah seorang petani di desa setempat, Kamis.

Ia menjelaskan, beberapa sumber mata air di daerah iru menurun drastis akibat aliran sungai yang mengalami pengurangan debit air sampai 60 persen.

"Bahkan, beberapa saluran irigasi mengalami kekeringan karena sumber utama yakni sungai dari daerah atas di Desa Jineng Dalem, Kecamatan Buleleng mengalami penurunan debit airnya cukup drastis," kata dia.

Ia mengatakan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak dengan keadaan tersebut, karena cuaca panas akibat kemarau datangnya selalu lebih awal dan berlangsung lebih lama dari tahun tahun sebelumnya.

"Cuaca sekarang sudah sangat ekstrim sekali, kadang panas hampir terasa selama setahun penuh, sehingga sangat berdampak pada penentuan penaman padi dan waktu panen itu sendiri," imbuhnya.

Ardana mengatakan, akibat banyak tanaman padi kekurangan air, hasil panen secara keseluruhan pun mengalami penurunan cukup lumayan tinggi.

Jika pada musim penghujan dapat menghasilkan sekitar enam ton gabah tetapi ketika musim kemarau dengan periode tanam tiga sampai empat bulan, pihaknya hanya mendapatkan 4,5 ton gabah saja dari lahan sawah seluas 1,2 hektare.

"Hasil penen secara keseluruhan turun sekitar 1,5 ton dibandingkan hari hari biasa pada musim basah atau musim penghujan dimana intensitas air melimpah," ujar dia.

Selain itu, total penjualan gabah juga mengalami penurunan, dengan asumsi harga gabah seharga Rp4.500 perkilogram, pihaknya mendapatkan uang sebanyak Rp21 juta.

Padahal, pada musim penghujan, penghasil kotor dari penjualan gabah menembus angka Rp27 juta sekali panen belum dipotong biaya pupuk dan bibit.(APP)

Pewarta: Pewarta: Bagus Andi

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015