Bogor (Antara Bali) - Meningkatnya perminataan pasar enzim dunia
mendorong tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan
pemurnian protease dari buah dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang memiliki banyak kandung untuk pengobatan tradisional.
"Tahun 2013 diperkirakan pasar enzim dunia mencapai 7 milyar dolar, dengan peningkatan permintaan 6,3 persen pertahun," kata Dwi Ishartani salah satu tim peneliti pemurnian Protease Buah Mengkudu dari IPB, Kamis.
Dwi mengatakan mengkudu sangat populer di kawasan Asia Tengga, Kepulauan Pasifik dan Karibia, termasuk salah satunya Indonesia. Penggunaan buah tersebut secara tradisional antara lain untuk obat cacing, luka, abses, sariawan, sakit gigi, memar, rematik, infeksi mulut dan gusu, sakit perut dan hipertensi.
"Manfaat mengkudu sejauh ini belum dikaitkan dengan kandungan enzim di dalamnya," kata dia.
Dijelaskannya penggunaan mengkudu secara tradisional sebagai obat luka, besar kemungkinan salah satunya disebabkan karena adanya aktivitas protease dalam buah tersebut.
"Protease secara khusus berperan dalam pengaturan pendewasaan sel, perbanyak sel, serta sintesis dan pergantian kolagen dalam proses penyembuhan luka pada kulit," katanya.
Ia mengatakan pengaruh umur buah dan daun terhadap aktivitas protease dalam mengkudu diamati menggunakan buah dan daun dengan dua tingkat usia atau ketuaan berbeda yakni tingkat ketuaan 2 (TK2) dengan ciri buah berwarna kuning kehijauan, tekstur keras tingkat ketuaan 4 (TK4) dengan ciri berwarna putih kuning. Sedangkan untuk daun dibagi dua yakni pucuk (hijau muda, mengkilap) dan pangkal daun (hijau tua, mengkilap).
Riset pemurnian protease buah dan daun mengkudu telah dipublikasikan dalam Jurnal Teknologi dan Industri Pangan tahun 2011 lalu dengan judul "Pemurnian Protease dari Buah dan Daun Mengkudu". Penelitian ini melibatkan tim IPB yang terdiri dari empat orang yakni Dwi Ishartani, Elfi, Nuri Andarwulan dan Dahrul Syah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Tahun 2013 diperkirakan pasar enzim dunia mencapai 7 milyar dolar, dengan peningkatan permintaan 6,3 persen pertahun," kata Dwi Ishartani salah satu tim peneliti pemurnian Protease Buah Mengkudu dari IPB, Kamis.
Dwi mengatakan mengkudu sangat populer di kawasan Asia Tengga, Kepulauan Pasifik dan Karibia, termasuk salah satunya Indonesia. Penggunaan buah tersebut secara tradisional antara lain untuk obat cacing, luka, abses, sariawan, sakit gigi, memar, rematik, infeksi mulut dan gusu, sakit perut dan hipertensi.
"Manfaat mengkudu sejauh ini belum dikaitkan dengan kandungan enzim di dalamnya," kata dia.
Dijelaskannya penggunaan mengkudu secara tradisional sebagai obat luka, besar kemungkinan salah satunya disebabkan karena adanya aktivitas protease dalam buah tersebut.
"Protease secara khusus berperan dalam pengaturan pendewasaan sel, perbanyak sel, serta sintesis dan pergantian kolagen dalam proses penyembuhan luka pada kulit," katanya.
Ia mengatakan pengaruh umur buah dan daun terhadap aktivitas protease dalam mengkudu diamati menggunakan buah dan daun dengan dua tingkat usia atau ketuaan berbeda yakni tingkat ketuaan 2 (TK2) dengan ciri buah berwarna kuning kehijauan, tekstur keras tingkat ketuaan 4 (TK4) dengan ciri berwarna putih kuning. Sedangkan untuk daun dibagi dua yakni pucuk (hijau muda, mengkilap) dan pangkal daun (hijau tua, mengkilap).
Riset pemurnian protease buah dan daun mengkudu telah dipublikasikan dalam Jurnal Teknologi dan Industri Pangan tahun 2011 lalu dengan judul "Pemurnian Protease dari Buah dan Daun Mengkudu". Penelitian ini melibatkan tim IPB yang terdiri dari empat orang yakni Dwi Ishartani, Elfi, Nuri Andarwulan dan Dahrul Syah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015