Tabanan (Antara Bali) - Rujak "yeh tibah" atau air mengkudu yang merupakan kuliner khas Desa Perean, Kabupaten Tabanan, Bali, ternyata digemari wisatawan mancanegara dan domestik.
"Setiap hari puluhan wisatawan yang membeli rujak buatan saya," kata Ketut Perni, penjual rujak yeh tibah yang sudah belasan tahun berjualan di sekitar Jalan Raya Bedugul-Denpasar, Jumat.
Dia menambahkan, khusus akhir pekan dia bisa menjual kuliner tersebut sampai 50 botol kemasan ukuran 600 mililiter dengan harga yang terjangkau sebesar Rp5.000.
Menurut dia, rujak itu dibuat dengan resep yang khas namun sederhana proses pembuatannya. Semua bahannya berasal dari bahan alami tidak mengandung zat pengawet.
"Karena bahannya alami maka rujak itu bisa awet selama satu bulan penuh jika disimpan di lemari es atau didinginkan," ujarnya.
Perni menjelaskan, pembuatan rujak ini sangat sederhana, yakni terlebih dahulu meremas-remas buah mengkudu dengan tangan setelah hancur kemudian dimasukkan ke air matang.
Setelah bahan itu tercampur dengan air, maka dimasukkanlah bumbu rujak yang resepnya merupakan warisan turun menurun.
Sementara Wasti Atmojo, salah seorang wisatawan asal Yogyakarta mengatakan, dia sudah beberapa kali datang ke kawasan wisata Bedugul dan selalu membeli rujak air mengkudu.
"Saya sangat menyukai rasa rujak yang menyegarkan serta bau dari buah mengkudu tidak terlalu terasa, padahal jika minuman mengkudu yang lainnya sangat tercium baunya," katanya.
Selain rasanya yang enak, ujar dia, rujak ini memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan tubuh. Salah satu manfaatnya adalah memperbaiki metabolisme dan fungsi pencernaan.
"Saya selalu membeli banyak karena manfaatnya itu yang baik untuk tubuh juga karena harganya yang sangat terjangkau," ujarnya.(**)