Denpasar (Antara Bali) - Bali meraup devisa sebesar 24,39 juta dolar AS dari pengapalan furniture ke pasaran luar negeri selama delapan bulan periode Januari-Agustus 2014 atau meningkat 16,27 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 20,98 juta dolar AS.
"Sedangkan dari segi volume merosot 70,45 persen dari 9,66 juta unit pada delapan bulan pertama 2013 menjadi 2,85 juta unit pada kurun waktu yang sama 2014," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Jumat.
Dari segi volume merosot namun perolehan devisanya naik itu menunjukkan harga persatuan unit furniture yang terdiri aneka jenis perabot rumah tangga hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali dihargai semakin mahal.
Ekspor furniture mampu memberikan andil sebesar 7,14 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 341,81 juta dolar AS selama delapan bulan pertama 2014, meningkat 5,11 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 325,20 juta dolar AS.
Panasunan Siregar menambahkan, pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak ekspor furniture yakni 29,83 persen, menyusul Jepang 3,30 persen dan Australia 6,96 persen.
Selain itu juga pasaran Singapura menyerap 1,82 persen, Hong Kong 1,07 persen, Thailand 0,80 persen, Inggris 6,58 persen, Belanda 4,61 persen, Prancis 1,80 persen dan Brazil 2,01 persen.
Sedangkan 41,11 persen sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena furniture hasil kreativitas perajin dan seniman Pulau Dewata sangat diminati konsumen mancanegara.
I Made Sumatra, seorang eksportir furniture di Gianyar menjelaskan, persaingan aneka barang perabotan rumah tangga di pasaran luar negeri cukup ketat, namun berkat kreativitas perajin Bali masih banyak matadagangan jenis antik berhasil memasuki pasaran antarbangsa terutama ke Amerika Serikat.
Pada sisi lain pengusaha furniture negara tetangga juga semakin gencar mengisi aneka barang serupa ke pasaran ekspor, sehingga menuntut perajin dan seniman Bali untuk lebih kreatif dalam memproduksi barang sehingga mampu bersaing di pasaran luar negeri.
Perajin dan seniman Bali memiliki kemampuan menciptakan rancang bangun (disain), dengan memadukan seni tradisional dengan unsur yang berkembang di negara konsumen, sehingga barang antik produksi dari Pulau Dewata tetap eksis ke pasar ekspor. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sedangkan dari segi volume merosot 70,45 persen dari 9,66 juta unit pada delapan bulan pertama 2013 menjadi 2,85 juta unit pada kurun waktu yang sama 2014," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Jumat.
Dari segi volume merosot namun perolehan devisanya naik itu menunjukkan harga persatuan unit furniture yang terdiri aneka jenis perabot rumah tangga hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali dihargai semakin mahal.
Ekspor furniture mampu memberikan andil sebesar 7,14 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 341,81 juta dolar AS selama delapan bulan pertama 2014, meningkat 5,11 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 325,20 juta dolar AS.
Panasunan Siregar menambahkan, pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak ekspor furniture yakni 29,83 persen, menyusul Jepang 3,30 persen dan Australia 6,96 persen.
Selain itu juga pasaran Singapura menyerap 1,82 persen, Hong Kong 1,07 persen, Thailand 0,80 persen, Inggris 6,58 persen, Belanda 4,61 persen, Prancis 1,80 persen dan Brazil 2,01 persen.
Sedangkan 41,11 persen sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena furniture hasil kreativitas perajin dan seniman Pulau Dewata sangat diminati konsumen mancanegara.
I Made Sumatra, seorang eksportir furniture di Gianyar menjelaskan, persaingan aneka barang perabotan rumah tangga di pasaran luar negeri cukup ketat, namun berkat kreativitas perajin Bali masih banyak matadagangan jenis antik berhasil memasuki pasaran antarbangsa terutama ke Amerika Serikat.
Pada sisi lain pengusaha furniture negara tetangga juga semakin gencar mengisi aneka barang serupa ke pasaran ekspor, sehingga menuntut perajin dan seniman Bali untuk lebih kreatif dalam memproduksi barang sehingga mampu bersaing di pasaran luar negeri.
Perajin dan seniman Bali memiliki kemampuan menciptakan rancang bangun (disain), dengan memadukan seni tradisional dengan unsur yang berkembang di negara konsumen, sehingga barang antik produksi dari Pulau Dewata tetap eksis ke pasar ekspor. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014