Semarapura (Antara Bali) - Saksi kasus mutilasi merasa yakin bahwa korban, Diana Sari (22), tidak dalam kondisi hamil sebagaimana dugaan yang berkembang selama ini.
"Sepertinya dia tidak hamil karena beberapa kali saya membelikan pembalut untuk dia," kata Eny Rahmawati (32), teman kos korban di Jalan Kenyeri IX, Semarapura, Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis.
Saksi yang bekerja di toko swalayan di Semarapura itu sempat mengobrol dengan korban sebelum terbunuh dan dimutilasi oleh kekasih gelapnya, Fikri (26) di rumah kos tersebut, Senin (16/6).
Eny tinggal di kamar kos nomor 5, sedangkan korban di kamar nomor 3. Dia baru sebulan mengenal korban yang berasal dari Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.
"Dia sangat mencintai pacarnya itu. Sampai-sampai motor yang dibawanya dari Sumbawa sering dipakai oleh pacarnya," katanya mengenai motor Yamah Mio nomor polisi EA-6692-AG yang digunakan oleh pelaku untuk membuang potongan-potongan tubuh korban di 13 lokasi berbeda di Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem itu.
Selama berada di Bali, korban dilarang bekerja oleh pelaku. "Selama berada di kos, dia tidur-tiduran terus. Suatu hari saya pernah ngajak dia `jogging` di atas (lantai di bagian atas rumah kos)," ujar Eny yang berasal dari Malang, Jawa Timur, itu.
Namun karena rasa sayangnya terhadap pelaku, lanjut dia, korban yang berstatus janda itu rela meninggalkan anak semata wayangnya di Sumbawa Besar.
Sehari setelah peristiwa berdarah itu terjadi, Eny menerima pesan singkat (SMS) dari nomor ponsel korban. "Namun saya tidak yakin SMS itu dari Nana (panggilan akrab Diana) karena gaya bahasanya berbeda," ujarnya seusai mengikuti rekonstruksi di rumah kos Jalan Kenyeri IX.
Sebenarnya Senin (26/6) sekitar pukul 09.00 Wita, Eny merasa curiga melihat darah mengalir di got depan kosnya. Lalu dia mengajak teman kos lainnya, Kadek Trisnawati untuk mengetuk pintu kamar kos korban. "Saya panggil-panggil dari luar, tidak menyahut," kata Eny yang sempat mengetahui pelaku meminta korban masuk ke kamarnya beberapa saat sebelum kejadian. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sepertinya dia tidak hamil karena beberapa kali saya membelikan pembalut untuk dia," kata Eny Rahmawati (32), teman kos korban di Jalan Kenyeri IX, Semarapura, Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis.
Saksi yang bekerja di toko swalayan di Semarapura itu sempat mengobrol dengan korban sebelum terbunuh dan dimutilasi oleh kekasih gelapnya, Fikri (26) di rumah kos tersebut, Senin (16/6).
Eny tinggal di kamar kos nomor 5, sedangkan korban di kamar nomor 3. Dia baru sebulan mengenal korban yang berasal dari Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.
"Dia sangat mencintai pacarnya itu. Sampai-sampai motor yang dibawanya dari Sumbawa sering dipakai oleh pacarnya," katanya mengenai motor Yamah Mio nomor polisi EA-6692-AG yang digunakan oleh pelaku untuk membuang potongan-potongan tubuh korban di 13 lokasi berbeda di Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem itu.
Selama berada di Bali, korban dilarang bekerja oleh pelaku. "Selama berada di kos, dia tidur-tiduran terus. Suatu hari saya pernah ngajak dia `jogging` di atas (lantai di bagian atas rumah kos)," ujar Eny yang berasal dari Malang, Jawa Timur, itu.
Namun karena rasa sayangnya terhadap pelaku, lanjut dia, korban yang berstatus janda itu rela meninggalkan anak semata wayangnya di Sumbawa Besar.
Sehari setelah peristiwa berdarah itu terjadi, Eny menerima pesan singkat (SMS) dari nomor ponsel korban. "Namun saya tidak yakin SMS itu dari Nana (panggilan akrab Diana) karena gaya bahasanya berbeda," ujarnya seusai mengikuti rekonstruksi di rumah kos Jalan Kenyeri IX.
Sebenarnya Senin (26/6) sekitar pukul 09.00 Wita, Eny merasa curiga melihat darah mengalir di got depan kosnya. Lalu dia mengajak teman kos lainnya, Kadek Trisnawati untuk mengetuk pintu kamar kos korban. "Saya panggil-panggil dari luar, tidak menyahut," kata Eny yang sempat mengetahui pelaku meminta korban masuk ke kamarnya beberapa saat sebelum kejadian. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014