Jakarta (Antara Bali) - Paket Bali yang dihasilkan setelah negosiasi alot dan panjang dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 WTO di Nusa Dua, Bali, dinilai dapat tercapai karena negara-negara anggota WTO mengutamakan kepentingan bersama.

"Kesepakatan tercapai karena negara-negara anggota WTO berfokus tidak hanya pada kepentingan nasional masing-masing, tetapi juga kepada kepentingan bersama," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Menurut Gita, Paket Bali tidak hanya membuat Agenda Pembangunan Doha tetap hidup, namun juga memberikan energi dan keyakinan baru guna mengakhiri Putaran Doha yang selama ini macet pembahasannya.

Ia berpendapat apa yang diraih di Bali merupakan hal yang sangat luar biasa karena telah menghasilkan paket yang akan membawa ketahanan pangan kepada miliaran warga miskin dunia.

Selain itu, lanjutnya, WTO juga telah menyepakati Perjanjian Fasilitasi Perdagangan yang akan menggelontorkan hingga sekitar satu triliun dolar AS ke dalam perekonomian dunia.

"Kami (WTO) juga telah menyepakati inisiatif mendasar untuk membantu negara-negara kurang berkembang (LDC) untuk mengambil manfaat lebih dari sistem perdagangan multilateral," katanya.

Setelah berjam-jam bernegosiasi, ujar dia, perwakilan menteri dalam WTO juga setuju dalam menyediakan fleksibilitas bagi negara-negara berkembang untuk mengimplementasikan program ketahanan pangan.

Ia menuturkan perjanjian fasilitasi perdagangan adalah kesepakatan multilateral pertama yang dinegosiasikan di WTO. (LHS)

Pewarta: Oleh Muhammad Razi Rahman

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013