Ketua DPD Partai Gerindra Bali Made Muliawan Arya atau De Gadjah menegaskan perihal kolaborasi Koalisi Indonesia Maju (KIM) Bali dibentuk untuk linierisasi program pemerintahan Prabowo-Gibran.
Ia menyampaikan hal ini untuk menekankan KIM Bali terbentuk bukan untuk menyerang salah satu partai politik, serta menanggapi pernyataan politisi Gde Sumarjaya Linggih yang menyatakan koalisi tersebut masih rapuh.
“Dibentuknya KIM untuk mengamankan linierisasi program pemerintah yang datang ke Bali, supaya tidak dirugikan masyarakat Bali, juga untuk memastikan pasangan cagub dan cawagub yang diusung,” kata di Denpasar, Kamis.
Perihal 11 anggota koalisi yaitu Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Prima, PSI, PKB, Partai Demokrat, Partai Gelora, PBB, Partai Garuda, dan PAN ingin mengeroyok salah satu partai, menurut De Gadjah itu pemahaman yang salah.
KIM Bali sendiri sepakat hanya mengusung satu paket di pemilihan kepala daerah setiap jenjang dan kabupaten/kota, dan proses penentuannya masih bergulir sehingga masih membuka komunikasi dengan siapa saja.
“Kenapa linierisasi ke bawah, ya supaya program ke bawah, tapi kondisi ini masih cair, juga sedang digodok karena pendaftaran pasangan calon Pilkada masih jauh 28 Agustus, apa saja bisa terjadi,” ujar De Gadjah.
Ketua DPD Partai Gerindra Bali itu menyampaikan hingga saat ini komunikasi dengan partai politik di Bali berjalan baik, tanpa ada keinginan melawan salah satu partai.
"KIM dengan Pak Wayan Koster juga baik, komunikasi NasDem dan PKB baik. Seolah KIM koalisi untuk memusuhi salah satu partai menjadi musuh bersama, itu salah, saya kurang setuju pernyataan itu," tegasnya.
Lebih lanjut, mereka terbuka dengan partai politik di luar KIM Bali dan tetap menjaga koalisi yang sudah terbangun sejak awal ketika memenangkan Prabowo-Gibran.
“Kami kan tidak bisa meninggalkan kawan yang kami ajak berjuang demi kepentingan Bali dan rakyat Bali, tidak masalah apapun komentar kami hormati. Dengan pernyataan itu membuat kami mawas diri dan belajar," kata dia.
KIM Bali juga sampai saat ini mengaku solid, keberadaan mereka untuk menatap Pilkada Serentak 2024 setelah menyelesaikan pilpres dan pileg menurut De Gadjah adalah bentuk kekompakan, sehingga tidak tepat jika disebut rapuh.
Baca juga: KIM Bali: Penentuan paket bacalon buat Pilkada Karangasem masih alot
Baca juga: Ketua PSI Bali dipilih koalisi jadi bakal calon Wakil Wali Kota Denpasar
Baca juga: Gerindra siapkan Rp15 miliar untuk saksi di Pilkada Bali
Baca juga: Mantra-Mulia bertemu Pratikno dan Prabowo pekan depan
Baca juga: KIM Bali ingin kemenangan Prabowo-Gibran lanjut di pilkada 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Ia menyampaikan hal ini untuk menekankan KIM Bali terbentuk bukan untuk menyerang salah satu partai politik, serta menanggapi pernyataan politisi Gde Sumarjaya Linggih yang menyatakan koalisi tersebut masih rapuh.
“Dibentuknya KIM untuk mengamankan linierisasi program pemerintah yang datang ke Bali, supaya tidak dirugikan masyarakat Bali, juga untuk memastikan pasangan cagub dan cawagub yang diusung,” kata di Denpasar, Kamis.
Perihal 11 anggota koalisi yaitu Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Prima, PSI, PKB, Partai Demokrat, Partai Gelora, PBB, Partai Garuda, dan PAN ingin mengeroyok salah satu partai, menurut De Gadjah itu pemahaman yang salah.
KIM Bali sendiri sepakat hanya mengusung satu paket di pemilihan kepala daerah setiap jenjang dan kabupaten/kota, dan proses penentuannya masih bergulir sehingga masih membuka komunikasi dengan siapa saja.
“Kenapa linierisasi ke bawah, ya supaya program ke bawah, tapi kondisi ini masih cair, juga sedang digodok karena pendaftaran pasangan calon Pilkada masih jauh 28 Agustus, apa saja bisa terjadi,” ujar De Gadjah.
Ketua DPD Partai Gerindra Bali itu menyampaikan hingga saat ini komunikasi dengan partai politik di Bali berjalan baik, tanpa ada keinginan melawan salah satu partai.
"KIM dengan Pak Wayan Koster juga baik, komunikasi NasDem dan PKB baik. Seolah KIM koalisi untuk memusuhi salah satu partai menjadi musuh bersama, itu salah, saya kurang setuju pernyataan itu," tegasnya.
Lebih lanjut, mereka terbuka dengan partai politik di luar KIM Bali dan tetap menjaga koalisi yang sudah terbangun sejak awal ketika memenangkan Prabowo-Gibran.
“Kami kan tidak bisa meninggalkan kawan yang kami ajak berjuang demi kepentingan Bali dan rakyat Bali, tidak masalah apapun komentar kami hormati. Dengan pernyataan itu membuat kami mawas diri dan belajar," kata dia.
KIM Bali juga sampai saat ini mengaku solid, keberadaan mereka untuk menatap Pilkada Serentak 2024 setelah menyelesaikan pilpres dan pileg menurut De Gadjah adalah bentuk kekompakan, sehingga tidak tepat jika disebut rapuh.
Baca juga: KIM Bali: Penentuan paket bacalon buat Pilkada Karangasem masih alot
Baca juga: Ketua PSI Bali dipilih koalisi jadi bakal calon Wakil Wali Kota Denpasar
Baca juga: Gerindra siapkan Rp15 miliar untuk saksi di Pilkada Bali
Baca juga: Mantra-Mulia bertemu Pratikno dan Prabowo pekan depan
Baca juga: KIM Bali ingin kemenangan Prabowo-Gibran lanjut di pilkada 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024